Kajian Ahad Ust Sofyan Sauri :”Diantara Pengaruh Buruk Perbuatan Maksiat Terhadap Bumi adalah Banyak Terjadi Gempa dan Longsor”

- Penulis Berita

Kamis, 30 Januari 2025 - 14:22 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ust. Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd. (Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia).

Ust. Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd. (Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia).

BandungPunyaBerita. Com, Kajian Ahad bersama Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd. yang membahas terkait isi dari Surah Al-Rum Ayat 41 dengan tema “Melestarikan Lingkungan dari Kerusakan”.

Landasan Teologis

َهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ(٤١)

  1. Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Al-Rum : 41)

Interpretasi Para Mufasir

Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa Ibnu Abbas, Ikrimah, Ad-Dahhak, As-Saddi serta lain-lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud dengan istilah al-barr dalam ayat ini ialah padang sahara, dan yang dimaksud dengan istilah bahr dalam ayat ini ialah kota-kota besar dan semua kota lainnya.

Menurut riwayat lain dari Ibnu Abbas dan Ikrimah, al-bahr artinya negeri-negeri dan kota-kota yang terletak di pinggir sungai.

Ulama lainnya mengatakan, yang dimaksud dengan al-barr ialah daratan seperti yang kita kenal ini, dan yang dimaksud dengan al-bahr ialah lautan.

Menurut Ata Al-Khurrasani, yang dimaksud dengan daratan ialah kota-kota dan kampung-kampung yang ada padanya, dan yang dimaksud dengan lautan ialah pulau-pulaunya.

Secara eksplisit, ayat tersebut menjelaskan bahwa telah terjadi kerusakan lingkungan di darat dan di laut disebabkan ulah tangan manusia.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan tangan manusia adalah perbuatan manusia berupa ketamakan, kemaksiatan, dan dosa-dosa yang menyebabkan alam rusak dan binasa.

Lebih tedas, dalam tafsir as-Sa’di disebutkan maksud “kerusakan di darat dan laut,” yaitu, rusaknya kehidupan mereka, berkurang dan terjadinya berbagai wabah penyakit padanya, dan juga pada diri mereka, berupa penyakit, wabah dan lain-lain. Itu semua disebabkan apa yang telah dilakukan oleh tangan mereka berupa pekerjaan-pekerjaan yang rusak dan merusak.

Yang disebutkan ini “supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka,” maksudnya, agar mereka tahu bahwasannya Allah memberikan balasan atas amal perbuatan.

Jadi, Allah menyegerakan (terlebih dahulu) dari balasan amal perbuatan mereka di dunia, “agar mereka kembali,” dari perbuatan mereka yang telah menimbulkan kerusakan dalam keadaan mereka menjadi baik, urusan mereka menjadi bersinar.

Dengan demikian, bumi ini hanya akan dipusakai oleh orang-orang yang saleh bukan orang-orang yang salah, tanah air ini hanya akan dimakmurkan oleh orang-orang yang benar bukan orang-orang yang sekedar pintar, Indonesia tercinta ini hanya akan dilestarikan oleh hamba-hamba yang taat bukan manusia-manusia bergelimpang maksiat, sebab perbuatan maksiat hanya akan melahirkan kecongkakan dan keserakahan manusia yang ingin menguasai alam ini.

Betapa subur dan makmurnya negara Indonesia. Dihiasi dengan pemandangan alamnya yang begitu indah dan eksotik. Gunung-gunung menjulang tinggi berpayungkan awan, padi-padi menguning tersusun rapi laksana hamparan permadani, burung-burung berkicau seiring dengan terbitnya sang mentari di pagi hari, sehingga nampaklah suasana yang aman, nyaman, adem, ayem, tentrem, elok, dan asri.

Namun sayang, pemandangan tersebut kini sulit kita dapatkan, karena telah berubah menjadi situasi yang panas, gersang, kotor, pengap, kumuh, tidak bersahabat, bahkan mengancam kelangsungan hidup alam hayati. Itu semua disebabkan karena kecongkakan tangan-tangan jahil dan tidak bertanggung jawab yang merusak keindahan alam.

Oleh karena itu, agar alam ini tetap lesatari dan terpelihara dibutuhkan manusia-manusia yang amanat yang mampu menjaga alam ini, dan untuk mengoptimalkan hal tersebut, maka surah Al-Rum ayat 41 menjadi landasan teologis bahwa manusia sebagai pelaksana amanah Allah dalam menjaga lingkungan hidup.

Nilai-Nilai Pendidikan

  1. Kesadaran Kritis tentang Dampak Tindakan Manusia

Nilai Pendidikan: Ayat ini mengajarkan bahwa kerusakan lingkungan adalah akibat langsung dari perbuatan manusia, yang mencerminkan ketidakseimbangan dalam interaksi manusia dengan alam. Dalam konteks pendidikan, ini menanamkan kesadaran untuk berpikir kritis tentang dampak setiap tindakan terhadap dunia di sekitar kita.

Kaitannya dengan Deep Learning: Dalam deep learning, siswa diajarkan untuk tidak hanya mengingat informasi, tetapi untuk benar-benar memahami sebab-akibat dalam konteks yang lebih luas. Mereka belajar untuk menganalisis dampak dari perbuatan sehari-hari dan menemukan hubungan antara kegiatan manusia (misalnya, konsumsi berlebihan, polusi) dengan kerusakan alam. Pembelajaran ini lebih mendalam karena melibatkan analisis, refleksi, dan pemahaman terhadap konsekuensi jangka panjang.

  1. Pentingnya Refleksi dan Perubahan Perilaku

Nilai Pendidikan: Ayat ini menekankan bahwa kerusakan alam terjadi agar manusia “kembali ke jalan yang benar”. Ini mengindikasikan pentingnya refleksi dan perubahan perilaku dalam upaya memulihkan kerusakan yang telah terjadi.

Kaitannya dengan Deep Learning: Deep learning dalam konteks ini tidak hanya tentang pengetahuan, tetapi juga tentang transformasi diri. Pembelajaran yang mendalam mendorong siswa untuk merenungkan tindakan mereka dan memahami mengapa tindakan tertentu dapat merusak alam. Ini mencakup keterampilan berpikir reflektif, di mana siswa dapat mengevaluasi pilihan dan kebiasaan mereka, dan akhirnya membuat keputusan yang lebih sadar untuk menjaga lingkungan.

  1. Holistik dan Interdisipliner

Nilai Pendidikan: Kerusakan alam yang disebutkan dalam ayat ini tidak hanya terjadi di satu aspek, melainkan di daratan dan lautan, yang mengindikasikan bahwa masalah lingkungan bersifat kompleks dan holistik. Untuk mengatasi ini, dibutuhkan pemahaman yang menyeluruh.

Kaitannya dengan Deep Learning: Deep learning melibatkan pemahaman yang interdisipliner dan mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu—seperti ilmu lingkungan, ekonomi, sosiologi, dan teknologi—untuk memahami kerusakan lingkungan secara utuh. Siswa didorong untuk mengaitkan pengetahuan yang mereka peroleh dari berbagai bidang untuk menganalisis masalah lingkungan secara menyeluruh. Mereka tidak hanya belajar tentang geografi atau biologi, tetapi juga tentang dampak sosial, ekonomi, dan politik dari tindakan manusia.

  1. Keterkaitan Manusia dengan Alam dan Ekosistem

Nilai Pendidikan: Ayat ini mengajarkan bahwa manusia tidak bisa terpisah dari alam, karena kerusakan yang terjadi di bumi adalah hasil dari tangan manusia sendiri. Ini menekankan konsep interdependensi antara manusia dan alam.

Kaitannya dengan Deep Learning: Deep learning mengajarkan pemahaman tentang keterkaitan dan sistem yang saling terhubung. Dalam konteks lingkungan, siswa belajar bagaimana keputusan manusia dalam satu aspek (misalnya, penggunaan sumber daya alam atau pencemaran) dapat mempengaruhi berbagai sistem ekosistem yang lain. Pembelajaran ini mendorong siswa untuk berpikir dalam jangka panjang dan mempertimbangkan dampak dari satu tindakan terhadap seluruh sistem yang lebih besar.

  1. Tanggung Jawab Sosial dan Kewajiban Moral

Nilai Pendidikan: Ayat ini mengingatkan bahwa kerusakan alam yang terjadi merupakan akibat dari perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, pendidikan harus menanamkan nilai tanggung jawab terhadap lingkungan.

Kaitannya dengan Deep Learning: Deep learning tidak hanya fokus pada penguasaan pengetahuan, tetapi juga pada pengembangan nilai-nilai moral dan sosial. Pembelajaran yang mendalam akan membuat siswa tidak hanya mengerti teori, tetapi juga tergerak untuk bertindak berdasarkan nilai-nilai yang telah mereka pelajari. Mereka memahami bahwa menjaga lingkungan bukan hanya kewajiban individual, tetapi juga tanggung jawab kolektifsebagai bagian dari komunitas global.

Landasan Teoretis

Allah memberikan akal agar manusia memiliki kesadaran menjaga keseimbangan  alam dan lingkungan hidup. Kita punya tanggung jawab besar untuk menjaga keseimbangan alam dan lingkungan hidup demi kesejahteraan hidup manusia di bumi ini. Allâh berfirman :

وَالْاَرْضَ مَدَدْنٰهَا وَاَلْقَيْنَا فِيْهَا رَوَاسِيَ وَاَنْۢبَتْنَا فِيْهَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَّوْزُوْنٍ ۝١٩

Kami telah menghamparkan bumi, memancangkan padanya gunung-gunung, dan menumbuhkan di sana segala sesuatu menurut ukuran(-nya). (QS. Al-Hijr : 19)

Lingkungan alam merupakan karunia Allah yang harus dijaga, dilestarikan, dan dihormati. Pandangan Islam terhadap lingkungan sangatlah positif, mengingatkan umat muslim untuk bertindak sebagai khalifah atau pemimpin yang bertanggung jawab atas bumi dan segala isinya.

Allah Ta’ala berfirman,

۞ وَاِذِ اسْتَسْقٰى مُوْسٰى لِقَوْمِهٖ فَقُلْنَا اضْرِبْ بِّعَصَاكَ الْحَجَرَۗ فَانْفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًاۗ قَدْ عَلِمَ كُلُّ اُنَاسٍ مَّشْرَبَهُمْۗ كُلُوْا وَاشْرَبُوْا مِنْ رِّزْقِ اللّٰهِ وَلَا تَعْثَوْا فِى الْاَرْضِ مُفْسِدِيْنَ ۝٦٠

Ingatlah) ketika Musa memohon (curahan) air untuk kaumnya. Lalu, Kami berfirman, “Pukullah batu itu dengan tongkatmu!” Maka, memancarlah darinya (batu itu) dua belas mata air. Setiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah dan janganlah melakukan kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan.
(QS. Al-Baqarah : 60)

Kerusakan Lingkungan

Kerusakan lingkungan terjadi akibat penebangan pohon, menggunduli hutan, membuang limbah ke sungai, membakar area pesawahan dan lain-lainnya, sudah jelas termasuk perbuatan merusak alam yang bisa mendatangkan bencana bagi umat manusia. Seperti banjir bandang, kabut asap, pemanasan global dan lain-lain.

Namun kerusakan alam bukan hanya karena faktor-faktor riil saja. Tetapi faktor merusak keimanan seperti kekufuran, syirik dan kemaksiatan yang memperparah kerusakan alam. Seperti banjir besar yang melanda kaum Nuh As disebabkan kekufuran dan penolakan mereka terhadap dakwah Nabi Nuh As. Bumi dibalikkan atas kaum Luth As sehingga yang atas menjadi bawah dan yang bawah menjadi atas disebabkan kemaksiatan yang mereka lakukan. Sebaliknya, keimanan, ketaatan dan keadilan juga berperan bagi kebaikan dan keberkahan bumi.

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Diantara pengaruh buruk perbuatan maksiat terhadap bumi adalah banyak terjadi gempa dan longsor di muka bumi serta terhapusnya berkah. Rasulullah Saw pernah melewati kampung kaum Tsamûd, beliau melarang mereka (para sahabat) melewati kampung tersebut kecuali dengan menangis.

Beliau Saw juga melarang mereka meminum airnya, menimba sumur-sumurnya, hingga beliau memerintahkan agar menggunakan air yang mereka bawa untuk mengadon gandum. Karena maksiat kaum Tsamûd ini telah mempengaruhi air di sana. Sebagaimana halnya pengaruh dosa yang mengakibatkan berkurangnya hasil panen buah-buahan.

Bukankah Hajar Aswad menghitam karena maksiat yang dilakukan oleh manusia ? Rasulullah Saw bersabda :

نَزَلَ الحَجَرُ الأَسْوَدُ مِنَ اْلجِنَّةِ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ الثَّلْجِ ، فَسَوَّدَتْهُ خَطَايَا بَنِي آدَمَ

Hajar Aswad turun dari surga lebih putih warnanya daripada salju, lalu menjadi hitam karena dosa-dosa anak Adam.(HR. At-Tirmidzi)

Begitulah pengaruh dosa dan maksiat! Hajar Aswad yang turun dari surga dalam keadaan berwarna putih bersih lebih putih dari salju bisa menghitam karena dosa. Ini membuktikan bahwa dosa dan maksiat memberikan pengaruh pada perubahan yang terjadi pada alam sekitar.

Apabila manusia tidak segera kembali kepada agama Allâh Azza wa Jalla, kepada sunnah Nabi-Nya, maka berkah itu akan berganti menjadi musibah. Hujan yang sejatinya, Allâh turunkan untuk membawa keberkahan dimuka bumi, namun karena ulah manusia itu sendiri, hujan justru membawa berbagai bencana bagi manusia. Banjir, tanah longsor dan beragam bencana muncul saat musim hujan tiba. Bahkan di tempat-tempat yang biasanya tidak banjir sekarang menjadi langganan banjir.

Mari kita merawat dan melestarikan lingkungan agar anak-anak dan turunan kita dapat merasakan keindahan alam dan lingkungan yang aman dari musibah banjir dll.

Keutamaan Melestarikan Lingkungan

Pohon yang ditanam itu akan menjadi asset pahala baginya sesudah mati yang akan terus mengalirkan pahala baginya

Rasulullah Saw bersabda :

سَبْعٌ يَجْرِي لِلعَبْدِ أَجْرُهُنَّ وَ هُوَ فِي قَبْرِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ : مَنْ عَلَّمَ عِلْمًا أَوْ أَجْرَى نَهْرًا أَوْ حَفَرَ بِئْرًا أَوْ غَرَسَ نَخْلاً أَوْ بَنَى مَسْجِدًا أَوْ وَرَثَ مُصْحَفًا أَوْ تَرَكَ وَلَدًا يَسْتَغْفِرُ لَهُ بَعْدَ مَوْتِهِ .

Artinya:

Tujuh perkara yang pahalanya akan terus mengalir bagi seorang hamba sesudah ia mati dan berada dalam kuburnya. (Tujuh itu adalah) orang yang mengajarkan ilmu, mengalirkan air, menggali sumur, menanam pohon kurma, membangun masjid, mewariskan mushaf atau meninggalkan anak yang memohonkan ampunan untuknya sesudah ia mati.

(HR. Ibnu Hibban dalam kitab Al-Majruhaini 2: 181)

Disayangi Allah dan penduduk Langit

Rasulullah Saw bersabda :

الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا مَنْ فِي الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاء

Para penyayang akan disayangi oleh ar-Rahmaan (Allah). Sayangilah yang ada di bumi, niscaya yang ada di langit akan menyayangi kalian

(H.R AtTirmidzi dari Abdullah bin ‘Amr)

KISAH TELADAN

Nabi Muhammad memberikan keteladanan dengan menyampaikan beberapa rambu dan arahan umum terkait dengan pelestarian lingkungan.

Pertama, melarang melakukan pencemaran lingkungan. Nabi sangat tegas terkait dengan hal ini. Contohnya Nabi Saw melarang seseorang untuk buang air besar di air yang tidak mengalir karena itu akan merusak air tersebut.

Kedua, menghemat air. Suatu ketika, Nabi Muhammad Saw menegur sahabatnya, Sa’ad, karena berlebih-lebihan menggunakan air ketika berwudhu, meskipun pada saat itu air tersedia melimpah. Hal itu membuat Sa’ad bingung dan bertanya kepada Nabi perihal yang dilakukannya.

Apakah di dalam wudhu ada berlebih-lebihan?” tanya Sa’ad.

“Ya, walau pun engkau sedang berada berada di sungai yang mengalir,” jawab Nabi. Melalui hadits riwayat Ibnu Majah dan Ahmad ini, Nabi menasihati sahabatnya (dan umat Islam) agar hemat dalam menggunakan air. Karena, air merupakan salah satu kekayaan alam yang paling penting dalam kehidupan manusia.

Nabi Muhammad memberikan keteladanan dengan menyampaikan beberapa rambu dan arahan umum terkait dengan pelestarian lingkungan.

Pertama, melarang melakukan pencemaran lingkungan. Nabi sangat tegas terkait dengan hal ini. Contohnya Nabi Saw melarang seseorang untuk buang air besar di air yang tidak mengalir karena itu akan merusak air tersebut.

Kedua, menghemat air. Suatu ketika, Nabi Muhammad Saw menegur sahabatnya, Sa’ad, karena berlebih-lebihan menggunakan air ketika berwudhu, meskipun pada saat itu air tersedia melimpah. Hal itu membuat Sa’ad bingung dan bertanya kepada Nabi perihal yang dilakukannya.

Apakah di dalam wudhu ada berlebih-lebihan?” tanya Sa’ad.

“Ya, walau pun engkau sedang berada berada di sungai yang mengalir,” jawab Nabi. Melalui hadits riwayat Ibnu Majah dan Ahmad ini, Nabi menasihati sahabatnya (dan umat Islam) agar hemat dalam menggunakan air. Karena, air merupakan salah satu kekayaan alam yang paling penting dalam kehidupan manusia.

menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan. Nabi Muhammad bersabda, suatu ketika Allah memperlihatkan kepadanya amal baik dan amal buruk dari umatnya. Di antara amal baik umatnya yang diperlihatkan kepada Nabi adalah menyingkirkan gangguan atau bahaya dari jalan.

Sementara amal buruk umatnya adalah meludah di masjid dan tidak membersihkannya. Di samping itu, Nabi Muhammad juga menekankan kepada umatnya agar menjaga kebersihan karena Allah menyukai kebersihan.

Satu hari, Nabi Muhammad pernah mencagarkan sebuah wilayah yang meliputi lembah, padang rumput, dan tumbuhan di sekitar Madinah. Nabi melarang siapapun menggarap lahan yang dilindunginya tersebut untuk kepentingan pribadi karena lahan itu dimaksudkan untuk kemaslahatan bersama. Lahan yang dicagarkan Nabi itu ditaksir seluas 2.049 hektare dan dipakai sebagai  tempat berdiamnya kuda-kuda perang kaum Muhajirin dan Anshor. “Ini adalah lahan yang aku lindungi” kata Nabi merujuk sebuah gunung di sekitar Madinah. Demikian cara Nabi Muhammad menjaga dan melestarikan lingkungan.

Penutup
Do’a
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ اَلْعَالَمِينَ, اَلرَّحْمَنِ اَلرَّحِيمِ, مَالِكِ يَوْمِ اَلدِّينِ, لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ, اَللَّهُمَّ أَنْتَ اَللَّهُ, لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ, أَنْتَ اَلْغَنِيُّ وَنَحْنُ اَلْفُقَرَاءُ, أَنْزِلْ عَلَيْنَا الْغَيْثَ, وَاجْعَلْ مَا أَنْزَلْتَ عَلَيْنَا قُوَّةً وَبَلَاغًا إِلَى حِينٍ

 

Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Yang menguasai hari Pembalasan. Tidak ada tuhan yang layak disembah kecuali Allah. Dia melakukan apa saja yang dikehendaki. Ya Allah, Kau adalah Allah. Tidak ada tuhan yang layak disembah kecuali Engkau. Kau Maha Kaya. Sementara kami membutuhkan-Mu. Maka turunkanlah hujan kepada kami. Jadikanlah apa yang telah Kau turunkan sebagai kekuatan dan bekal bagi kami sampai hari yang ditetapkan. (HR. Abu Dawud).

Demikian Kajian Ahad bersama Ust. Prof. Dr. H. Sofyan Sauri,. M.Pd. kali ini semoga bermanfaat.

 

Editor: Beny

Berita Terkait

Banyak yang Belum Tahu, Ini Perbedaan Takjil dan Iftar Ramadan
Jadwal Layanan Sim Keliling untuk Kota dan Kabupaten Bandung, Catat Lokasinya
Kampung Kota Management, Wali Kota dan Unpar Bahas Arsitektur Bandung
Kalahkan Semen Padang, Persib Punya mental Juara
Reses Anggota DPRD Jabar Mamat Rachmat Tampung Aspirasi Warga Bandung Kidul, Bahas Permasalahan Sampah
Menag Tidak Tahu Soal Penolakan Arcamanik, Pemuda Katolik Minta Evaluasi Kinerja Pembimas Katolik Jabar
Ini Alasan KPK Geledah Rumah Mantan Gubernur Jabar Ridwan Kamil
Perwatusi kembali Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir di Pejaten Timur

Berita Terkait

Rabu, 12 Maret 2025 - 08:56 WIB

Wali Kota Bandung Ingatkan Para Lurah dan Camat untuk Mengupayakan Wilayahnya Bebas dari Sampah

Rabu, 12 Maret 2025 - 03:30 WIB

Bandung Sebagai Pusat Ekonomi Kreatif, Wakil Wali Kota Bandung Akan Buka UMKM Centre di Tiap Kecamatan

Selasa, 11 Maret 2025 - 08:35 WIB

Bazar Murah Ramadan 2025 dengan Harga Terjangkau Hadir di Alun-Alun Cicendo

Selasa, 11 Maret 2025 - 04:47 WIB

M Farhan Sebut Modifikasi Cuaca Dilakukan untuk Kurangi Cuaca Ekstrem yang Melanda Kota Bandung

Selasa, 11 Maret 2025 - 03:02 WIB

Disambut Antusias Warga, Disdagin Kota Bandung Gelar Bazar Murah Ramadan, Ini Lokasinya

Senin, 10 Maret 2025 - 11:08 WIB

Wali Kota Bandung Instruksikan Seluruh Kantor Lurah dan Kantor Kecamatan dapat Dijadikan Posko Siaga Bencana Beroperasi 24 Jam

Senin, 10 Maret 2025 - 07:57 WIB

Wali Kota Bandung M Farhan Berharap di Era Digital saat Ini Warga Bandung Semakin Cerdas dalam Bermedia Sosial

Minggu, 9 Maret 2025 - 07:56 WIB

Hadapi Cuaca Ekstrem, Muhammad Farhan Ingatkan Warga Bandung Siaga Darurat Bencana

Berita Terbaru