Wajib Disimak ! “Apa Itu Kematian Hati dan Dampak Kematian Hati” Ini Penjelasan Ust Sofyan Sauri

- Penulis Berita

Minggu, 20 April 2025 - 08:26 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ust.Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd. (Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia).

Ust.Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd. (Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia).

BandungPunyaBerita. Com, – Kajian Ahad edisi 20 April 2025 bersama Ust. Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd., yang membahas tentang kandungan Surah Az-Zumar Ayat 22: “Kematian Hati dan Dampaknya bagi Kehidupan Manusia”.yang redaksi rangkum berikut ini,

اَفَمَنْ شَرَحَ اللّٰهُ صَدْرَهٗ لِلْاِسْلَامِ فَهُوَ عَلٰى نُوْرٍ مِّنْ رَّبِّهٖۗ فَوَيْلٌ لِّلْقٰسِيَةِ قُلُوْبُهُمْ مِّنْ ذِكْرِ اللّٰهِۗ اُولٰۤىِٕكَ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ

Artinya: Maka, apakah orang yang Allah bukakan hatinya untuk (menerima) agama Islam, lalu mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang hatinya membatu)? Maka, celakalah mereka yang hatinya membatu dari mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. (QS. Az-Zumar : 22)

Lebih lanjut Ust Sofyan menjelaskan mengenai Tafsir dari berbagai sumber

  1. Tafsir Al-Muyassar
    Disebutkan dalam tafsir ayat ini, apakah orang yang Allah lapangkan dadanya sehingga dia berbahagia dengan menerima islam tunduk dan beriman kepada-Nya, sehingga Dia berjalan dengan ilmu yang jelas dan kehidupannya dan hidayah dari tuhannya, apakah dia sama dengan orang yang tidak seperti itu? tentu tidak sama. Celaka dan binasalah orang yang keras hatinya dan berpaling sehingga tidak mengingat Allah mereka adalah orang-orang yang berjalan di atas kesesatan yang jelas dari kebenaran.
  2. Tafsir As-Sa’di
    Maksud dari orang yang dilapangkan dadanya oleh Allah adalah mereka yang menerima agama Islam, sehingga ia menjadi lapang untuk menerima (mempelajari) hukum-hukum Allah dan mengamalkannya dengan lapang dada dan senang hati berdasarkan pengetahuan yang jelas terhadap perintah-Nya.Sedangkan yang dimaksud dari Firman-Nya, “Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang membatu hatinya untuk mengingat Allah,” yaitu hatinya tidak tunduk kepada kitab-Nya dan tidak pula mengambil pelajaran dari ayat-ayat-Nya serta tidak tenang dengan mengingat-Nya, melainkan ia berpaling dari Tuhannya, beralih kepada selain Allah, maka bagi mereka azab yang sangat berat dan keburukan yang sangat besar. “Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” Kesesatan apalagi yang lebih besar daripada kesesatan orang yang berpaling dari tuhannya. Hatinya membatu, tidak bisa mengingatNya dan justru dia terfokus kepada segala yang berakibat buruk padanya.3.Tafsir Al-Mukhtashar
    Disebutkan dalam tafsir ini bahwa orang yang Allah lapangkan dadanya untuk Islam, dia terbimbing kepada Islam, dia di atas cahaya dari Rabbnya, apakah dia seperti orang yang hatinya keras untuk mengingat Allah? Keduanya tidak sama selama-lamanya. Keselamatan bagi orang yang mendapat petunjuk, sedangkan kerugian bagi orang yang hatinya keras untuk mengingat Allah. Orang kedua itu berada di atas kesesatan yang nyata dari kebenaran.Nilai-Nilai Pedagogis

    1. Hati Sebagai Pusat Penerimaan Ilmu dan Nilai
    • Pendidikan bukan sekadar proses intelektual, tetapiproses hati.
    • Ayat ini menekankan pentingnyakondisi batin (qalbu)dalam menerima petunjuk dan kebenaran.
    • Implikasi pedagogis:Guru perlu mengembangkan pendekatan yang menyentuh dimensi spiritual peserta didik, bukan hanya aspek akademik.
  1. Pentingnya Kelapangan Hati (Syaraḥaṣ-Ṣadr) dalam Proses Belajar
  • Frasa “syaraḥa ṣadrahu lil-islām” menunjukkan bahwakelapangan hati adalah syarat untuk menerima kebenaran.
  • Nilai pedagogis:Guru dan peserta didik harus membangun sikap terbuka, rendah hati, dan bersedia menerima ilmu tanpa prasangka.
  • Pembelajaran efektif terjadi dalamsuasana hati yang lapang dan penuh penerimaan.
  • 3, Cahayadari Tuhan (Nūr min Rabbih) sebagai Sumber Pencerahan Ilmu
    • Orang yang terbuka hatinya mendapatnūr” (cahaya) dari Tuhannya.
    • Nūrmelambangkanpetunjuk, kebijaksanaan, dan pemahaman yang benar.
    • Implikasi pedagogis:Pendidikan seharusnya diarahkan untukmenghubungkan peserta didik dengan sumber petunjuk Ilahi, bukan sekadar mengejar informasi duniawi.
    1. Bahaya Kekerasan Hati (Qaswah al-Qalb)
    • Ayat ini menyebutkan “fa wailul lilqāsiyati qulūbuhum” — celakalah orang yang keras hatinya.
    • Hati yang kerasmenjadi penghalang terbesar dalam menerima ilmu dan petunjuk.
    • Nilai pedagogis:Guru harus peka terhadap gejala-gejala kekerasan hati (apatis, acuh, sinis, tidak tersentuh oleh nilai kebaikan) dalam diri peserta didik.
    • Perlu ada strategi untukmelembutkan hati melalui pendekatan empati, keteladanan, dan spiritualitas.
      5. Zikirsebagai Terapi Jiwa dan Pendidikan
    • Kekerasan hati dikaitkan dengankelalaian dari zikir (dzikrillāh).
    • Zikir bukan hanya ritual, tapi juga kesadaran terus-menerus akan kehadiran Tuhandalam kehidupan.
    • Implikasi pedagogis:Pendidikan Islam harus mengintegrasikannilai-nilai ruhiyah dan latihan spiritual, tidak hanya materi ilmiah.
  1. Dampak Kematian Hati terhadap Kehidupan Manusia
  • Orang yang mati hatinya akan berada dalamkesesatan yang nyata (ḍalāl mubīn).
  • Dampak kematian hati: kehilangan arah hidup, rusaknya akhlak, materialisme, kebodohan spiritual.
  • Nilai pedagogis:Tugas utama pendidikan adalahmenghidupkan hati, membimbing agar manusia tidak hanya cerdas, tapi juga berakhlak dan sadar tujuan hidup.

Kematian Hati

Syekh Ali Baras di dalam Syarah Al-Hikam-nya mengibaratkan hati dan batin laksana bumi yang dapat tumbuh dan hidup, dan juga dapat kering atau mati. Sedangkan air kehidupan yang turun dari langit sir adalah makrifat dan keimanan yang akan menghidupi bumi tersebut.

Hati yang mati, kering, dan gelap tidak akan merasakan apapun. Hati yang mati, kering, dan gelap tidak memiliki sensitivitas spiritual. Ia tidak akan merasakan manis, pahit, asamnya spiritualitas sehingga hatinya tidak merasakan kelezatan ibadah dan kepedihan atas kesempatan ibadah yang luput.

Imam Ibnu Athaillah dalam Matan Al-Hikam-nya menyebut semua itu sebagai tanda kematian hati: “Salah satu kematian hati adalah tidak adanya kesedihan atas kesempatan ibadah yang terlewat dan tidak adanya penyesalan atas kehilafan yang pernah dilakukan.”

Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa hati terdiri dari 3 macam:

  • Pertama, hati yang sehat dan menyebabkan keselamatan. Hati yang sehat memiliki beberapa tanda, yaitu, imannya kokoh, ahli bersyukur, tidak serakah, kehidupan tenteram, khusyuk dalam beribadah, banyak berdzikir, kebaikan selalu dinamis, segera sadar jika melakukan kesalahan, suka bertobat dan sebagainya.
  • Kedua, hati yang sakit. Hati yang sakit adalah hati yang masih memiliki keimanan, namun ada pula noda-noda maksiat dan dosa. Tanda-tanda hati yang sakit antara lain: hati selalu gelisah jauh dari ketenangan, mudah marah, tidak pernah puas dengan apa yang dimiliki, susah menghargai orang lain, kehidupan tidak nyaman, mengalami penderitaan lahir batin, dan sebagainya.
  • Ketiga, hati yang mati. Hati yang mati berarti hati yang telah mengeras dan membatu karena terlalu banyak kotoran akibat dosa-dosa yang diperbuat.

Sahabat Abu Musa Al-Asy’ari RA meriwayatkan sebuah hadits Nabi Muhammad Saw tentang perbedaan orang yang hatinya hidup, segar, dan terang dengan orang yang hatinya mati, kering, dan gelap,

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَرَّتْهُ حَسَنَتُهُ وَسَاءَتْهُ سَيِّئَتُهُ فَهُوَ مُؤْمِنٌ

“Dari Abu Musa Al-Asy’ari ra, Rasulullah saw bersabda, ‘Siapa saja yang merasa senang oleh kebaikannya dan merasa susah oleh keburukannya, maka ia adalah orang yang beriman.’(HR At-Thabarani).

Demikian hati adalah poros kebahagiaan sekaligus sumber kebinasaannya, maka kita harus mampu mengendalikannya jangan membiarkan hati keras lalu kering dan mati. Nabi Saw bersabda:

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

Ingatlah, sesungguhnya di dalam tubuh kalian terdapat segumpal daging; bila ia baik, maka akan baik seluruh badannya. Namun bila ia rusak, akan rusak pula semua tubuhnya. Ingatlah, itu adalah hati[HR. Muttafaqalaih]

Dampak Kematian Hati bagi Kehidupan

  1. Senantiasa berbuat kufur dan tidak mengindahkan peringatan Allah

Allah berfirman :

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا سَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ ءَاَنْذَرْتَهُمْ اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ ۝٦خَتَمَ اللّٰهُ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ وَعَلٰى سَمْعِهِمْۗ وَعَلٰٓى اَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَّلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌࣖ ۝٧

Sesungguhnya orang-orang yang kufur itu sama saja bagi mereka, apakah engkau (Nabi Muhammad) beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka. Pada penglihatan mereka ada penutup, dan bagi mereka azab yang sangat berat.  (QS. Al-Baqarah : 6-7)

  1. Senantiasa berdusta orang yang hatinya mati

Allah berfirman :

فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌۙ فَزَادَهُمُ اللّٰهُ مَرَضًاۚ وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌۢ ەۙ بِمَا كَانُوْا يَكْذِبُوْنَ ۝١٠

Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya dan mereka mendapat azab yang sangat pedih karena mereka selalu berdusta. (QS. Al-Baqarah : 10)

  1. Senantiasa menjadikan nafsu sebagai Tuhannya dan Allah membiarkan sesat orang yang mati hatinya

Allah berfirman :

اَفَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰىهُ وَاَضَلَّهُ اللّٰهُ عَلٰى عِلْمٍ وَّخَتَمَ عَلٰى سَمْعِهٖ وَقَلْبِهٖ وَجَعَلَ عَلٰى بَصَرِهٖ غِشٰوَةًۗ فَمَنْ يَّهْدِيْهِ مِنْۢ بَعْدِ اللّٰهِۗ اَفَلَا تَذَكَّرُوْنَ ۝٢٣

Tahukah kamu (Nabi Muhammad), orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan dibiarkan sesat oleh Allah dengan pengetahuan-Nya, Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya, siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat)? Apakah kamu (wahai manusia) tidak mengambil pelajaran? (QS. Al-Jatsiyah : 23)

  1. Dosa akan dianggap ringan dan tidak lagi membuat merasa bersalah namun dia menutupnya karena gelisah ketahuan orang lain

Rasulullah Saw bersabda :

الْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ النَّاسُ عَلَيْهِ

“Dosa adalah sesuatu yang membuat hatimu gelisah dan engkau tidak suka jika orang lain mengetahuinya.”  (HR. Muslim, no. 2553)

  1. Menyombongkan diri dari ayat-ayat Allah sehingga mereka akan memperoleh azab yang pedih kelak

Allah berfirman :

وَاِذَا تُتْلٰى عَلَيْهِ اٰيٰتُنَا وَلّٰى مُسْتَكْبِرًا كَاَنْ لَّمْ يَسْمَعْهَا كَاَنَّ فِيْٓ اُذُنَيْهِ وَقْرًاۚ فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ اَلِيْمٍ ۝٧

Apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia tidak mendengarnya, seakan-akan ada sumbatan di kedua telinganya. Maka, berilah kabar gembira kepadanya dengan azab yang pedih. (QS. Luqman : 7)

  1. Tidak mengingat Allah dan tidak memohon ampun

Rasulullah Saw bersabda :

مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لَا يَذْكُرُهُ، مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ

“Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Rabbnya dengan yang tidak berdzikir adalah seperti orang hidup dan orang mati.” (HR. Bukhari, no. 6407)

Cara Menghidupkan Hati yang Mati

1.Senantiasa membersihkan hati

Allah berfirman :

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَّلَا بَنُوْنَۙ ۝٨٨اِلَّا مَنْ اَتَى اللّٰهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍۗ ۝٨٩

(Yaitu) pada hari ketika tidak berguna (lagi) harta dan anak-anak. Kecuali, orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. Asy-Syuara : 88-89)

  1. Menjauhi sikap melampaui batas dan segala bentuk dosa

Allah berfirman :

وَمَا يُكَذِّبُ بِهٖٓ اِلَّا كُلُّ مُعْتَدٍ اَثِيْمٍۙ ۝١٢اِذَا تُتْلٰى عَلَيْهِ اٰيٰتُنَا قَالَ اَسَاطِيْرُ الْاَوَّلِيْنَۗ ۝١٣كَلَّا بَلْࣝ رَانَ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ مَّا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ ۝١٤

Tidak ada yang mendustakannya, kecuali setiap orang yang melampaui batas lagi sangat berdosa. Apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berkata, “(Itu adalah) dongeng orang-orang dahulu.” Sekali-kali tidak! Bahkan, apa yang selalu mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka.

  1. Senantiasa mengingat Allah

Allah berfirman :

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُۗ ۝٢٨

(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram. (QS. Ar-Ra’d : 28)

  1. Senantiasa membaca Al-Qur’an dan mengambil pelajaran dari apa yang Allah turunkan

Allah berfirman :

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاۤءَتْكُمْ مَّوْعِظَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَشِفَاۤءٌ لِّمَا فِى الصُّدُوْرِۙ وَهُدًى وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ ۝٥٧

Wahai manusia, sungguh telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi sesuatu (penyakit) yang terdapat dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang mukmin. (QS. Yunus : 57)

  1. Memperbanyak doa agar hati hidup dan senantiasa dalam ketaatan beribadah kepada Allah

Rasulullah Saw bersabda :

اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ القُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبنَا عَلَى طَاعَتِكَ

Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu!. (HR. Muslim no. 2654)

Kisah Teladan

Menyikapi kekerasan dengan kekerasan ibarat menyiram kobaran api dengan bahan bakar, bukan malah padam justru semakin membesar. Inilah prinsip yang diajarkan Rasulullah ﷺ berdakwah di tengah-tengah kaumnya. Terbukti, dalam kurun waktu 23 saja agama Islam bisa tersebar luas dengan pemeluk yang sedemikian banyak.

Salah satu bukti paling konkret adalah saat peristiwa Haji Wada’ (haji terakhir Rasulullah). Sejumlah kurang lebih 114.000 dari seluruh penjuru bangsa Arab turut hadir dengan status Muslim. Banyak sekali ayat dan hadits yang menyinggung sifat lembut Nabi dalam berdakwah ini disebutkan dalam firman-Nya QS. Ali Imran ayat 159.

Ayat di atas menegaskan satu prinsip dasar Rasulullah dalam berdakwah, yaitu bersikap lemah lembut. Sebab, dengan kelembutanlah hati yang keras akan luluh.

Sebaliknya, sikap keras justru akan membuat orang-orang lari menghindar. Ayat di atas juga memerintahkan Nabi untuk senantiasa memaafkan kaumnya yang berbuat salah. Dalam perjalanan dakwah, tentu Nabi banyak menjumpai kaum yang “kurang ajar”, dan beliau selalu berlapang dada untuk memaafkan.

Sayyid Wajihuddin Abdurrahman ad-Diba’ dalam kitab maulidnya menggambarkan akhlak terpuji Rasulullah dengan ungkapan syair yang sangat indah. Ia mengatakan, “Hatinya tidak pernah lengah dan tidak (pula) tidur, bahkan selalu berkhidmah dan mengingat Allah. Jika disakiti, beliau selalu memaafkan dan tidak membalas menyakiti. Jika diajak bertengkar, beliau selalu diam dan tidak menjawab.”

Salah satu peristiwa bersejarah dalam dakwah Rasulullah yang menggambarkan kelembutan hatinya adalah saat mengajak penduduk Thaif untuk memeluk agama Islam. Dengan ajakan yang santun, tanpa paksaan, dan tanpa kekerasan, Nabi mengajak mereka untuk mengimani agama wahyu tersebut.

Namun tak disangka, respons penduduk justru sangat buruk. Mereka menolak mentah-mentah ajaran Nabi. Tidak hanya itu, mereka juga beramai-ramai mengusirnya dengan perlakukan yang tidak senonoh. Dari anak-anak, tua, muda, semuanya melempari Nabi dengan kerikil, bahkan sambil mencaci, “Muhammad pendusta!”.

Merespons hal itu, Malaikat Jibril menawarkan kepada Nabi untuk membumihanguskan seluruh penduduk Thaif. Jika perlu, Jibril akan membalikkan gunung-gunung agar mereka semua binasa. Namun dengan bijak Nabi menolak samasekali tawaran Jibril itu. Nabi memaafkan mereka semua bahkan mendoakan agar mendapat hidayah. Saat itu Nabi besabda : “Sungguh Allah tidak mengutusku untuk menjadi orang yang merusak dan bukan (pula) orang yang melaknat. Akan tetapi Allah mengutusku untuk menjadi penyeru dan pembawa rahmat. Ya Allah, berilah hidayah untuk kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui!” (HR Al-Baihaqi).

Demikian kemuliaan dan kelembutan hati Nabi sehingga banyak orang yang menerima ajakannya dan menjadi teladan seseorang yang hatinya hidup dengan cahaya Allah.

Demikian kajian Ahad edisi 20 April 2025 bersama Ust. H. Sofyan Sauri, Semoga bermanfaat.

Penutup.

DOA

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ نَفْسًا بِكَ مُطْمَئِنَّةً، تُؤْمِنُ بِلِقَائِكَ، وَتَرْضَى بِقَضَائِكَ، وَتَقْنَعُ بِعَطَائِك

“Ya Allah, aku memohon kepadaMu jiwa yang merasa tenang kepadaMu, yang yakin akan bertemu denganMu, yang ridho dengan ketetapan Mu, dan yang merasa cukup dengan pemberianMu.”  (HR Thabrani)

 

Editor: Beny

Berita Terkait

Penting untuk Disimak, “Kekuatan Pemimpin Menurut Islam”, Oleh Ust Prof. Dr. H. Sofyan Sauri. M.Pd.
OCI Laksanakan Kunjungan Pastoral di Bandung, Tegaskan Komitmen Iman dan Kebangsaan Prajurit Katolik
Dedi Mulyadi Siapkan Anggaran Khusus Untuk Proses Sertifikasi Aset Pemerintah Terkait Lahan SMAN 1 Bandung
Motor Moge Milik Ridwan Kamil yang Disita KPK Dimana Keberadaannya ?
Perhutani dan LMDH Gelar Penanaman Pohon di Wisata Jayagiri
Rencana Reaktivasi Jalur Kereta Api Di Jabar Mendapat Dukungan Dari Pengamat Transportasi ITB
Klarifikasi Wali Kota Bandung Terkait Alih Fungsi Gedung Serbaguna Arcamanik
Peluncuran Logo Asia Afrika Youth Forum (AAYF) Karya Anak Bandung Dipresiasi Wali Kota Muhammad Farhan

Berita Terkait

Jumat, 25 April 2025 - 05:36 WIB

Tiga Minggu Berlalu, Warga Bekasi Utara Belum Dapat Akta Kematian Ibunda: Sistem Kependudukan Dipertanyakan

Senin, 21 April 2025 - 11:22 WIB

Rencana Reaktivasi Jalur Kereta Api Di Jabar Mendapat Dukungan Dari Pengamat Transportasi ITB

Senin, 21 April 2025 - 11:10 WIB

Klarifikasi Wali Kota Bandung Terkait Alih Fungsi Gedung Serbaguna Arcamanik

Sabtu, 19 April 2025 - 13:39 WIB

Bumi Perkemahan Sukamantri, Surga Ekowisata yang Terabaikan Pemerintah Daerah

Sabtu, 19 April 2025 - 11:08 WIB

Kelurahan Sukamiskin Aktif Menjembatani Komunikasi Antara Warga Dengan Sejumlah Instansi

Sabtu, 19 April 2025 - 05:16 WIB

Berhasil Comeback, Persib Bandung Tunjukkan Memiliki Mental Baja

Sabtu, 12 April 2025 - 09:24 WIB

Pendidikan di Kota Bandung Mendapat Kontribusi Besar Dari Paguyuban Pasundan

Kamis, 10 April 2025 - 06:34 WIB

Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Sebut “Jangan Bicara Kewenangan, Pelayanan Kepada Masyarakat Menjadi Prioritas”

Berita Terbaru