Netty Prasetiyani: Minta Agar Pemerintah Tidak Gegabah Merubah Status Pandemi Ke Endemi

- Penulis Berita

Sabtu, 21 Mei 2022 - 08:12 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKS Dr. Hj. Netty Prasetiyani. M.Si..

Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKS Dr. Hj. Netty Prasetiyani. M.Si..

Jakarta. BandungPuber. Com — Anggota Komisi IX DPR RI Dr. Hj. Netty Prasetiyani,. M.Si. meminta agar pemerintah tidak perlu gegabah bicara peralihan status pandemi menuju endemi tanpa adanya evaluasi dan kajian komprehensif atas pengendalian kasus Covid-19 yang telah dilakukan.

“Lebih penting memastikan dilakukannya evaluasi dan kajian menyeluruh terkait upaya pengendalian kasus Covid-19, daripada berbicara perubahan status pandemi menjadi endemi. Pastikan bahwa dalam rentang waktu tertentu tidak ada kemunculan kasus baru dan kasus aktif. Ini yang harus jadi target pemerintah dalam pengendalian kasus,  dan bukan mewajarkan penyakit ini dengan status endemi,” kata Netty dalam keterangan persnya, Kamis (19/05/2022).

Menurut politisi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS) ini, status endemi tidak bisa dimaknai dengan kondisi telah terbebas dari virus Covid-19. Netty juga mengungkapkan kekhawatirannya apabila masyarakat memiliki simpulan yang salah terhadap perubahan status tersebut terlebih dengan adanya beberapa kebijakan pelonggaran yang telah diumumkan oleh pemerintah.

“Wacana endemi yang diikuti dengan beberapa pelonggaran seperti boleh tidak menggunakan masker di ruang terbuka, tidak ada lagi test Covid-19 untuk pelaku perjalanan, atau kebebasan berkumpul, dikhawatirkan membuat masyarakat memiliki kesimpulan yang keliru yaitu bahwa kita sudah bebas Covid-19,” ungkap Netty.

Netty menegaskan bahwa pemerintah harus melakukan edukasi ke masyarakat sehingga meminimalisir salah pengertian terkait dengan istilah endemi pada kasus Covid-19 ini.  “Jangan sampai pernyataan soal endemi ini justru menjebak masyarakat hingga  menganggap endemi tidak bahaya. Bukankah tidak ada jaminan jika endemi tidak kembali menjadi pandemi,” ujarnya.

Dengan adanya pelonggaran beberapa kebijakan terkait pandemi Covid-19, anggota dewan dapil Jawa Barat VIII tersebut juga berharap tidak akan membuat masyarakat meninggalkan kebiasaan baik yang selama ini sudah tertanam, seperti: memakai masker, mencuci tangan dan tidak berkerumun.

“Kebiasaan baik itu jangan sampai hilang setelah betapa sulitnya dulu kita menerapkannya di masyarakat. Masyarakat harus selalu diingatkan untuk menerapkan protokol kesehatan serta menjalani hidup bersih. Bukankah  perilaku hidup sehat dan bersih akan membuat masyarakat  lebih imun terhadap berbagai penyakit” tambah Netty.

Netty juga mengingatkan pemerintah agar wacana alih status pandemi ke endemi harus diikuti dengan rencana tindak lanjut yang jelas, termasuk dampaknya terhadap beban keuangan negara. Hal ini merujuk pada beberapa penyakit menular lain yang penanganannya masih bersumber pada keuangan negara.

“Perlu diperhitungkan dampaknya terhadap beban negara di masa depan. Penyakit-penyakit seperti malaria, TB bahkan HIV yang sudah dianggap endemi, ternyata tetap membebani negara, baik dari sisi ekonomi maupun sosial. Nah, bagaimana dengan Covid-19? Apakah nanti biaya pengobatan Covid-19 ini akan ditanggung negara atau masyarakat harus membayar sendiri?” ungkap Anggota Badan Anggaran DPR RI ini.

Selanjutnya, Netty juga meminta pemerintah agar menjelaskan dampak penetapan status endemi dan kaitannya terhadap program insentif tenaga kesehatan (nakes), program lanjutan vaksinasi dan lainnya. “Wacana endemi tanpa penjelasan dampak ikutannya hanya akan menimbulkan euforia masyarakat. Sementara publik perlu tahu bagaimana kelanjutan proses vaksinasi, kelanjutan insentif nakes, dan lainnya,” imbuh Netty.

Menutup keterangannya, Netty meminta pemerintah agar terus memantau angka positivity rate, kasus aktif Covid-19, memastikan capaian vaksinasi 70 persen dan selalu memperbaharui data  Bed Occupation Rate (BOR) atau ketersediaan tempat tidur di rumah sakit pada masa transisi ini. “Justru saat ini harus menjadi momentum bagi pemerintah untuk memperbaiki sistem kesehatan kita secara menyeluruh untuk  memastikan  apakah kita dapat terbebas dari Covid-19 atau justru kembali mengalami kenaikan kasus,” pungkas Netty.

Editor: Beny

 

Humas DPR RI

Berita Terkait

Danlantamal X Jayapura Gelar Dialog Interaktif: Merawat Budaya Maritim Papua dalam Bingkai NKRI
Mental Tangguh Kunci Sukses Tugas Operasi, Inilah Tema Pembekalan Pusbintal TNI di Yonif 631/ATG Kodam XII/TPR
Kuliah umum internasional ” Digital Transformation Towards Superior Human Resources in Industry 5.0
Brigjen Pardosi dan Diplomasi Sagu Bakar di Hati Papua
Sebanyak 450 Satgas Pengamanan Perbatas RI-Papua Nugini Statis, Yonif 403/WP Kodam IV Diponegoro Menerima Pembekalan Mental dari Pusbintal TNI
Lembaga Kemanusiaan Turkiye, Hayrat Yardım Salurkan Ratusan Ekor Sapi di Indonesia
Lantamal X Jayapura, Tegakan Hukum di Garis Depan
MAPENTA 2025: Pemuda Katolik Kota Kupang Perkuat Barisan, Fokus Isu Strategis Daerah

Berita Terkait

Senin, 9 Juni 2025 - 12:39 WIB

Ribuan Pengunjung Padati Festival IIFD 2025 di Toyota, Jepang

Kamis, 15 Mei 2025 - 12:31 WIB

Family Ties: The Invisible Thread That Heals the Soul

Sabtu, 5 April 2025 - 01:57 WIB

Menikmati Romantisme Malam di Sungai Jialing, Chongqing

Sabtu, 29 Maret 2025 - 02:46 WIB

Deklarasikan Dualisme. Naufal Ubaidillah Resmi Jadi Ketua PPI Türkiye 2025-2026

Senin, 3 Februari 2025 - 04:26 WIB

KRI Bung Tomo-357 Bertolak ke Pakistan untuk Multinational Exercise AMAN-25

Senin, 3 Februari 2025 - 04:21 WIB

KRI Bung Tomo-357 Singgah di Sri Lanka Menuju Latihan Multinasional AMAN-25

Kamis, 30 Januari 2025 - 12:07 WIB

Duta Besar Belarus: Pemilu Berlangsung Lancar, Tidak Ada Pelanggaran

Minggu, 19 Januari 2025 - 14:11 WIB

Brigjen TNI dr. Jonny Hadiri Konferensi HAHD di Italia

Berita Terbaru