Kajian Ahad Ust. Sofyan Sauri: “Ramadan Momentum Mewujudkan Keteladanan Pemimpin”

- Penulis Berita

Minggu, 9 Maret 2025 - 06:16 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd. (Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia).

Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd. (Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia).

BandungPunyaBerita. Com, Kajian Ahad edisi Ramadan 9 Maret 2025 bersama Ust Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd. terkait isi kandungan Surah Ali Imran Ayat 159: dengan tema “Ramadan Momentum Mewujudkan Keteladanan Pemimpin”, yang redaksi rangkum berikut ini.

Landasan Teologis

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ ۝١٥٩

Artinya: 159. Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.(QS. Ali Imran : 159)

Asbahunnuzul

Menurut Imam Abu Bakar, diambil dari kisah Nabi Muhammad Saw. di saat perang badar. Pada waktu itu, Nabi Muhammad Saw. mengajak Abu Bakar dan Umar bin Khattab untuk bermusyawarah terkait tawanan perang badar.

Abu Bakar memberikan usulan kepada Nabi Muhammad Saw. agar para tawanan dikembalikan lagi kepada keluarganya dengan syarat membayar tebusan. Sedangkan usulan Umar bin Khattab agar para tawanan dihukum dan yang mengeksekusi adalah keluarganya sendiri.

Menanggapi usulan dua sahabatnya, Nabi Muhammad Saw. mengalami kesulitan dalam pendapat mana yang mau digunakan. Maka sebab itu turunlah ayat Ali-Imran ayat 159, sehingga Nabi Muhammad Saw. mengambil pendapat Abu Bakar Ash-shidiq.

Interpretasi Para Mufasir

Sayyid Qutub menjelaskan mengenai ayat ini bahwa manusia selalu membutuhkan seseorang yang penuh kasih sayang, wajah yang teduh, ramah, cinta dan kasih sayang, serta jiwa yang penuh kelembutan.

Sifat yang baik tersebut menurut Sayyid Qutb, mengisyaratkan bahwa sikap lemah lembut harus dimiliki oleh setiap mukmin, terlebih lagi jika dirinya adalah seorang pemimpin.

Dalam ayat tersebut, kata fadhdhan artinya keras. Ibnu Katsir menjelaskan bahwa maknanya adalah keras dan kasar dalam berbicara. Ini adalah sikap yang secara fitrah dibenci oleh manusia.

Jika pemimpin memiliki kata-kata kasar dan keras hati, manusia akan menjauhinya. Kalaupun ada yang mendekat, biasanya hanya karena takut dan terpaksa.

Dalam tafsir Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an, dijelaskan bahwa dalam ayat ini berisi di antara sarana dakwah yang ampuh, yang dapat menarik manusia ke dalam agama Allah adalah akhlak mulia, di samping adanya pujian dan pahala yang istimewa bagi pelakunya. Hal ini merupakan sikap ihsan. Oleh karena itu, Beliau menggabung antara sikap memaafkan dan sikap ihsan.

Adapun dalam setiap urusan membutuhkan adanya musyawarah, pemikiran yang matang dan pandangan yang tajam. Misalnya dalam urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lain. Musyawarah memiliki banyak faedah dan maslahat duniawi maupun agama.

Faedah Bermusyawarah

Menurut Tafsir Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an
1. Musyawarah termasuk ibadah yang mendekatkan diri seseoran kepada Allah

  1. Di dalamnya terdapat sikap menghargai pendapat orang lain, sehingga mereka menjadi senang kepada kita.
  2. Dapat menyatukan visi dan misi.
  3. Menerangi akal-pikiran.
  4. Menutupi kekurangan yang ada pada orang lain.
  5. Membuahkan keputusan yang bijak, tepat dan benar. Hal itu, karena hampir tidak ditemukan ada keputusan yang salah dalam musyawarah

Isi kandungan surah Ali Imran ayat 159

Disarikan dari tafsir Ibnu Katsir dan tafsir Al-Azhar

Rasulullah Saw. tetap bersikap lemah lembut dan tidak marah kepada sebagian kaum Muslimin yang melakukan pelanggaran dalam keadaan genting Perang Uhud. Bahkan beliau memaafkannya dan memohonkan ampun untuk mereka. Dalam tafsir Ibnu Katsir, sikap lemah lembut yang ditunjukkan Nabi Saw. adalah salah satu rahmat Allah kepada makhluk-Nya.

Sikap lemah lembut, rasa rahmat, belas kasihan, dan cinta kasih yang ditanamkan Allah SWT kepada Rasulullah ini mempengaruhi sikap beliau dalam memimpin. Sikap tersebut mempengaruhi cara kepemimpinan seseorang.

Rasulullah Saw. selalu bermusyawarah dalam segala hal, terlebih dalam urusan peperangan. Hal ini merupakan anjuran bagi umat Islam, untuk senantiasa bermusyawarah sebelum mengambil keputusan.

Musyawarah merupakan salah satu cara untuk mengambil kesepakatan bersama. Sebagaimana Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada Abu Bakar dan Umar: “Seandainya kamu berdua berkumpul dalam suatu musyawarah, aku tidak akan berbeda denganmu

Anjuran untuk patuh terhadap kesepakatan dari hasil musyawarah yang telah dilakukan.

Bertawakal sepenuhnya kepada Allah karena Dia adalah pemberi pertolongan dan pembela bagi hamba-Nya

Nilai-Nilai Pedagogis

  1. Nilai Kepemimpinan

Ramadan mengajarkan pentingnya keteladanan dalam kepemimpinan. Pemimpin sejati tidak hanya mengarahkan, tetapi juga memberi contoh dalam tindakan sehari-hari. Dalam konteks pendidikan, guru dapat menjadi teladan yang menunjukkan sikap sabar, rendah hati, disiplin, dan penuh empati dalam mengelola kelas dan berinteraksi dengan siswa.

  1. Kesabaran dan Ketekunan

Ramadan adalah waktu yang penuh tantangan, terutama dalam menahan diri dan menjaga konsistensi. Ini mencerminkan nilai ketekunan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran. Pemimpin yang baik, seperti seorang guru, harus memiliki kesabaran dalam menghadapi tantangan dan tetap tekun dalam membantu siswa berkembang, meskipun menghadapi berbagai kesulitan.

  1. Empati dan Kepedulian Sosial

Ramadan mengajarkan umat untuk berbagi dengan sesama dan peduli terhadap kebutuhan orang lain. Dalam konteks pendidikan, seorang pemimpin (guru) perlu menunjukkan empati kepada siswa, memahami kondisi mereka, dan memberikan perhatian lebih bagi mereka yang membutuhkan. Ini mengajarkan siswa tentang pentingnya saling mendukung dan peduli terhadap orang lain.

  1. Disiplin dan Tanggung Jawab

Selama Ramadan, umat Islam dilatih untuk menjaga disiplin, terutama dalam menjalankan ibadah puasa. Nilai ini dapat diterapkan dalam pendidikan dengan mengajarkan siswa tentang pentingnya kedisiplinan dalam menjalankan tugas, menjaga waktu, dan bertanggung jawab terhadap apa yang diamanahkan kepada mereka, baik di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Landasan Teoretis

Ramadan

Bulan suci Ramadan adalah momentum terbaik bagi umat Islam untuk melakukan refleksi diri, memperbaiki akhlak, dan meningkatkan kualitas moral serta etika dalam kehidupan sehari-hari.

Ramadan bukan sekadar ibadah ritual, tetapi juga sarana pendidikan karakter yang mengajarkan nilai-nilai kesabaran, kejujuran, empati, tolong menolong serta kedisiplinan sebagai seorang pemimpin atas apa yang dipimpinnya.

Rasulullah Saw bersabda :

أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْإِمَامُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَعَبْدُ الرَّجُلِ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Artinya :

“Ketahuilah Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang di pimpin, penguasa yang memimpin rakyat banyak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, setiap kepala keluarga adalah pemimpin anggota keluarganya dan dia dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, istri pemimpin terhadap keluarga rumah suaminya dan juga anak-anaknya. Dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap mereka, dan budak seseorang juga pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadapnya, ketahuilah, setiap kalian adalah bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.” (HR Bukhari).

Cara Mewujudkan Keteladanan Pemimpin Melalui Momentum Ramadhan

  1. Kesabaran dan Ketabahan

Kata Imam Al-Ghazali, puasa setengahnya sabar, setengahnya Iman. Sehingga, puasa melatih kesabaran dalam menghadapi rasa lapar/haus, godaan dan situasi tidak terduga. Ketabahan ini penting bagi pemimpin dalam menghadapi situasi sulit dan kritis. Konsekwensinya, pemimpin mesti tetap sabar dan tabah meskipun dihadapkan dengan kritikan dan hinaan. Sehingga, seorang pemimpin dapat menyelesaikan masalah dengan tenang dan sabar.

Allah berfirman :

قُلْ يٰعِبَادِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوْا رَبَّكُمْۗ لِلَّذِيْنَ اَحْسَنُوْا فِيْ هٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌۗ وَاَرْضُ اللّٰهِ وَاسِعَةٌۗ اِنَّمَا يُوَفَّى الصّٰبِرُوْنَ اَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ ۝١٠
Artinya:
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu.” Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Bumi Allah itu luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa perhitungan. (QS. Az-Zumar)

  1. Kepekaan dan Kepeduliaan Sosial

Salah satu pelajaran penting dari puasa adalah membantu pemimpin ikut “merasakan” kebutuhan mereka yang kurang beruntung. Pemimpin yang peka akan mengambil alih tanggungjawab dengan berusaha membantu dan meringankan beban rakyatnya. Zakat, infaq, dan sedekah di bulan Ramadhan menjadi sarana mewujudkan kepedulian sosial. Sehingga, seorang pemimpin dapat langsung turun langsung membantu masyarakat yang membutuhkan.

Allah berfirman :

خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ ۝١٠٣

Artinya:
Ambillah zakat dari harta mereka (guna) menyucikan dan membersihkan mereka, dan doakanlah mereka karena sesungguhnya doamu adalah ketenteraman bagi mereka. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. At-Taubah : 103)

  1. Pengendalian Diri dan Kedisiplinan

Puasa merupakan latihan kepemimpinan diri, yang dimulai dari mengendalikan hawa nafsu, disiplin dan mengarahkan diri kepada hal-hal positif. Pemimpin yang mampu mengendalikan diri dan disiplin, dengan mudah akan dapat memimpin diri sendiri akan mampu memimpin orang lain dengan lebih baik dengan selalu bersama-sama dengan sesama. Rasulullah Saw bersabda :

يَصُومُ مَعَ الْإِمَامِ وَجَمَاعَةِ الْمُسْلِمِينَ فِي الصَّحْوِ وَالْغَيْمِ

“Berpuasalah bersama pemimpin kalian dan bersama kaum muslimin lainnya (di negeri kalian) baik ketika melihat hilal dalam keadaan cuaca cerah atau mendung.”  (HR. Imam Ahmad)

  1. Keteguhan dan Ketahanan Mental

Puasa dapat melatih keteguhan dalam menghadapi godaan syahwat dan rasa lapar/haus. Keteguhan dan ketahanan mental ini penting bagi pemimpin dalam menghadapi berbagai tantangan dan rintangan.

Rasulullah Saw bersabda :

لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرَبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهُلَ عَلَيْكَ فَلْتَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ ، إِنِّي صَائِمٌ

Artinya :

“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”. (HR. Ibnu Majah dan Hakim. Syaikh Al Albani)

  1. Kebijaksanaan dan Keadilan

Puasa melatih kebijaksanaan dalam mengatur waktu dan energi, serta keadilan dalam membagi perhatian kepada berbagai aspek kehidupan. Pemimpin yang bijaksana dan adil akan mampu memimpin dengan penuh pertimbangan dan kebijaksanaan. Allah berfirman :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ لِلّٰهِ شُهَدَاۤءَ بِالْقِسْطِۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ عَلٰٓى اَلَّا تَعْدِلُوْاۗ اِعْدِلُوْاۗ هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ ۝٨

Artinya :

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak (kebenaran) karena Allah (dan) saksi-saksi (yang bertindak) dengan adil. Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena (adil) itu lebih dekat pada takwa. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Ma’idah : 8)

Enam Semangat Kebersamaan dan Solidaritas

Puasa Ramadhan merupakan momen untuk memperkuat kebersamaan dan solidaritas antar umat Islam. pemimpin yang mampu membangun kebersamaan dan solidaritas akan mampu menciptakan suasana kondusif dan harmonis dalam masyarakat. Sehingga, selama Ramadhan, pemimpin sering mengadakan buka puasa bersama rakyatnya. Rasulullah Saw bersabda :

مَنْ فَطَّرَ صَائمًا، كانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أجْر الصَّائمِ شيءٍ

“Barangsiapa yang memberi buka orang puasa, maka baginya pahala semisalnya tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun.” (HR. Tirmizi, 807. Ibnu Majah, 1746.)

Kisah Teladan

Bulan Ramadhan adalah waktu yang penuh berkah bagi umat Islam di seluruh dunia. Selama bulan ini, umat Islam menjalankan ibadah puasa sebagai bentuk pengorbanan dan ketaatan kepada Allah SWT. Namun, puasa Ramadhan tidak hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga merupakan kesempatan untuk mendalami nilai-nilai spiritual dan mengambil inspirasi dari kisah-kisah teladan para Sahabat Rasulullah Saw.

Para Sahabat Nabi Muhammad Saw adalah sosok-sosok yang memegang peran penting dalam penyebaran agama Islam serta menjadi contoh teladan dalam beribadah. Kisah-kisah kehidupan mereka, termasuk dalam menjalankan puasa Ramadhan, memberikan inspirasi dan pelajaran berharga bagi umat Islam hingga saat ini.

  1. Kesungguhan Abu Bakar As-Siddiq

Abu Bakar As-Siddiq, sahabat terdekat dan paling setia kepada Nabi Muhammad Saw, dikenal karena kesungguhannya dalam beribadah. Meskipun memiliki kondisi fisik yang lemah, Abu Bakar tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk berpuasa di bulan Ramadhan. Kisahnya mengajarkan kita tentang keuletan dan keteguhan hati dalam menjalankan ibadah, meskipun dihadapkan pada berbagai cobaan.

  1. Kegigihan Umar bin Khattab

Umar bin Khattab, salah satu Khalifah Islam yang paling dikenal dengan keadilan dan keberaniannya, juga merupakan contoh teladan dalam menjalankan puasa Ramadhan. Meskipun memiliki tanggung jawab besar sebagai pemimpin umat Islam, Umar tetap memprioritaskan ibadahnya. Kisah-kisah tentang kegigihannya dalam menjalankan puasa Ramadhan mengajarkan kita tentang pentingnya konsistensi dan komitmen dalam beribadah.

  1. Kebajikan Utsman bin Affan

Utsman bin Affan, seorang sahabat yang kaya raya, terkenal dengan kedermawanannya dan kecintaannya dalam beribadah. Meskipun memiliki kekayaan yang berlimpah, Ustman tidak pernah melupakan nilai-nilai kesederhanaan dan keikhlasan dalam beribadah, termasuk dalam menjalankan puasa Ramadhan. Kisah tentang kebajikannya mengajarkan kita tentang pentingnya berbagi dan mengasihi sesama, serta menunjukkan bahwa kekayaan material tidak boleh menghalangi seseorang untuk beribadah dengan tulus.

  1. Kehidupan Sederhana Ali bin Abi Thalib

Ali bin Abi Thalib, sepupu dan menantu Nabi Muhammad Saw, dikenal dengan kehidupan sederhananya. Meskipun memiliki kedudukan yang tinggi dalam masyarakat, Ali tetap hidup secara sederhana. Kisah-kisah tentang kesederhanaan Ali dalam menjalani puasa Ramadhan mengajarkan kita tentang pentingnya merendahkan diri di hadapan Allah SWT, serta menghindari kemewahan dan kemewahan duniawi yang melalaikan.

Demikian Kajian Ahad kali ini Semoga bermanfaat.

Tutup.

 

DOA

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّاۗ اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ ۝١٢٧

“Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.  (QS. Al-Baqarah : 127)

 

Editor: Beny

Berita Terkait

Reses Anggota DPRD Jabar Mamat Rachmat Tampung Aspirasi Warga Bandung Kidul, Bahas Permasalahan Sampah
Banjir dan Longsor Disebagian Wilayah Sukabumi Berdampak Signifikan Dikabarkan 1 Orang Meninggal dan 7 Dalam Pencarian
Provinsi Jabar Peroleh Penghargaan dari KPK dengan Nilai Tertinggi Berhasil Mengimplementasi MCP Sebagai Upaya Pencegahan Korupsi
Sekretariat DPRD Jabar Menerima Kunjungan Kerja DPRD DKI Jakarta Bahas Terkait Pelaksanaan Data Administrasi Kependudukan
Viral Biaya Pembuatan Replika Penyu dari Kardus di Alun-Alun Gadobangkong Senilai Rp15,6 Miliar Dipertanyakan Ini Jawaban Pemprov Jabar
Dirut Bank BJB Mengundurkan Diri, Ada Apa? Ini Tanggapan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi
Sekretariat DPRD Jabar Menerima Konsultasi DPRD Majalengka Bahas Terkait Dampak Implementasi Tentang Inpres Nomor 1 Tahun 2025
Jembatan Loji Bogor Ambruk, Gubernur Dedi Mulyadi Minta Dinas DBMPR Segera Membangun Bailey Hari Ini Juga

Berita Terkait

Rabu, 12 Maret 2025 - 02:52 WIB

Memaknai Peran Perempuan sebagai Ibu, Wanita Karier dan Aktivis Organisasi

Selasa, 11 Maret 2025 - 05:28 WIB

PAPERA Minta Kementerian Perdagangan Ambil Langkah Tegas Terkait Harga Minyak di Pasar

Minggu, 9 Maret 2025 - 20:42 WIB

Perwatusi kembali Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir di Pejaten Timur

Sabtu, 8 Maret 2025 - 07:26 WIB

Bentuk Kepedulian Kepada Sesama, PERWATUSI Salurkan Bantuan Untuk Korban Banjir Bekasi

Jumat, 7 Maret 2025 - 13:10 WIB

Haji Furoda dan Mujamalah Ibadah Haji dengan Visa Khusus Kerajaan

Jumat, 7 Maret 2025 - 05:55 WIB

Bahas Rencana Kerja Sama Tahun 2025, PERWATUSI Bersama Entrasol Gelar Makan Malam dan Buka Puasa Bersama

Jumat, 7 Maret 2025 - 04:22 WIB

Prof. Dr. dr. Terawan Agus Putranto dan Mayjen TNI (Purn) Saurip Kadi Ucapkan Selamat HUT Ke-8 SMSI

Kamis, 6 Maret 2025 - 15:52 WIB

Kebebasan Pers Terancam! Wartawan Diserang Saat Investigasi Jaringan Obat Terlarang

Berita Terbaru

Persib Bandung vs Semen Padang

Bandung

Kalahkan Semen Padang, Persib Punya mental Juara

Rabu, 12 Mar 2025 - 03:03 WIB