BandungPunyaBerita. Com, Kota Bandung – Kajian Ahad edisi 11 Agustus 2024 bersama Ust. Prof. Dr. H. Sofyan Sauri. M.Pd, yang membahas terkait isi Surah Ali Imran Ayat 103 , dengan mengambil tema “Memahami Makna Keindahan Hidup dalam Menghindari Perpecahan dan Perkelahian yang Menghancurkan”.
Lebih lanjut Ust. Sofyan menjelaskan,
Landasan Teologis.
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْاۖ وَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَاۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ ١٠٣
Artinya:
Berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, janganlah bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara. (Ingatlah pula ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk. (QS. Ali Imran : 103)
Interpretasi Para Mufasir.
Imam Al-Qurthubi dalam karyanya al-Jāmi‘ li Ahkām Al-Qur’ān menjelaskan bahwa ayat di atas menegaskan pentingnya berada dalam ikatan jamaah (persatuan).
Menurut para ulama tafsir, kata i’tashimu hadir dalam bentuk perintah (‘amr) yang menunjukkan bahwa menjaga persatuan adalah suatu kewajiban, bukan sekadar anjuran semata.
Substansi ayat tersebut menunjukkan betapa Allah Swt. menghendaki setiap pribadi untuk bersikap toleran dan menjauhi perpecahan. Perpecahan akan melahirkan kerusakan, sedangkan persatuan akan mengantarkan pada keselamatan.
Dalam Tafsir Al-Wajiz
Berpegang teguhlah kamu semuanya kepada Al-Qur’an dan tali agama Allah yaitu Islam, dan janganlah kamu bercerai berai seperti saat zaman Jahiliyyah.
Jangan bercerai-berai dalam hal agama. Ingatlah atas anugerah nikmat Allah kepada kalian berupa kerja sama dan persatuan.
Bersama-sama taat dan beribadah kepada Allah. Padahal kalian telah berada di tepi jurang neraka Jahannam, kalian akan berada di dalamnya jika kalian mati dalam keadaan kafir, lalu Allah menyelamatkan kamu dari jurang neraka Jahannam dengan anugerah keimanan atau Islam dan diutusnya nabi Muhammad.
Nilai-Nilai Pendidikan
Pertama, Mendidik hambanya agar senantiasa beriman dan bertakwa kepada Allah atas perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Kedua, Senantiasa mengajarkan akhlak mulia yaitu menjaga persatuan yang membawa kedamaian, ketentraman dan keselamatan dalam kehidupan.
Ketiga, Mengajarkan hamba-Nya agar menjadi insan yang bersyukur atas karunia yang Allah berikan dan terus berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Empat, Menumbuhkan rasa empati dan solidaritas kepada orang lain sehingga menjadi insan yang bermanfaat bagi orang lain.
Makna Keindahan Hidup.
Keindahan dan kebahagiaan yang sejati dalam hidup manusia adalah dengan mengamalkan amalan saleh yang dicintai oleh Allah Ta’ala dan mengutamakannya di atas segala sesuatu yang ada di dunia ini.
Allah berfirman:
قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوْاۗ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ ٥٨
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya itu, hendaklah mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus : 58)
Ibnul Qayyim dalam kitab “Miftahu daaris sa’aadah” mengungkapkan bahwa dalam ayat ini Allah Ta’ala memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar mereka merasa bangga (gembira dan bahagia) dengan anugerah yang Allah Ta’ala berikan kepada mereka, dan anugerah dari-Nya itu lebih indah dan mulia dari semua kesenangan dunia yang berlomba-lomba dikejar oleh kebanyakan manusia.
”Karunia Allah” dalam ayat ini ditafsirkan oleh para ulama ahli tafsir dengan “keimanan”, sedangkan “Rahmat Allah” ditafsirkan dengan “Al Qur’an”, yang keduanya (keimanan dan Al Qur’an) adalah ilmu yang bermanfaat dan amalan saleh, sekaligus keduanya merupakan petunjuk agama yang benar (yang dibawa oleh Rasulullah Saw.).
Rasulullah menggambarkan umat Islam seperti bangunan yang harus sama-sama saling melengkapi, dan masing-masing bagiannya saling menopang dan memperkuat satu sama lain. Ini menunjukkan betapa pentingnya persatuan dan kekompakan umat Islam.
Rasulullah Saw bersabda :
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
“Orang mukmin dengan mukmin lainnya seperti satu bangunan yang saling menguatkan antara sebagian dengan bagian yang lain.” (HR Muslim)
Jika setiap muslimin tidak saling menguatkan maka akan sering terjadi perpecahan dan perkelahian diantara kaum muslimin, pasti akan menimbulkan dampak negatif.
Allah berfirman:
وَاَطِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَلَا تَنَازَعُوْا فَتَفْشَلُوْا وَتَذْهَبَ رِيْحُكُمْ وَاصْبِرُوْاۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَۚ ٤٦
Taatilah Allah dan Rasul-Nya, janganlah kamu berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang, serta bersabarlah. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. (QS. Al-Anfal : 46)
Waspada terhadap saling membenci itu merupakan penyakit umat terdahulu
Rasulullah Saw bersabda :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ: «سَيُصِيبُ أُمَّتِي دَاءُ الأُمَمِ» فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللّهِ، وَمَا دَاءُ الأُمَمِ؟ قَالَ: «الأَشَرُ وَالبَطَرُ، وَالتَّكَاثُرُ وَالتَّنَاجُشُ فِي الدُّنْيَا، وَالتَّبَاغُضُ وَالتَّحَاسُدُ، حَتَّى يَكُونَ البَغْيُ» رواه الحاكم
“Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu ia berkata: aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: “Umatku akan terjangkiti penyakit umat-umat terdahulu” maka mereka bertanya: Wahai Rasulullah, apa saja penyakit umat-umat terdahulu itu? Rasulullah bersabda: “Kufur nikmat, berlebihan saat mendapat nikmat, menumpuk harta dan berlebih-lebihan dalam masalah dunia, saling membenci, saling iri hati sehingga ia menjadi orang yang melampuai batas.” (HR. Al-Hakim).
Demikian jangalah kita marah karena marah awal dari segala keburukan
Rasulullah Saw bersabda :
فَإِذَا الْغَضَبُ يَجْمَعُ الشَّرَّ كُلَّهُ
Marah adalah awal segala keburukan.” (Muttafaq Alaih)
Bagaimana Memaknai Keindahan Hidup dalam Menghindari Perpecahan dan Perkelahian yang Menghancurkan ?
- Jangan memandang rendah orang lain dari fisik dan sebagainya
Allah berfirman :
لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ
Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, (QS. At-Tin : 4).
Jangan memandang rendah orang lain dari fisik dan sebagainya
Allah berfirman :
لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ
Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, (QS. At-Tin : 4)
- Memudahkan urusan saudaranya dan saling menolong
Rasulullah Saw. bersabda :
مَنْ نَـفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُـرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا ، نَـفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُـرْبَةً مِنْ كُـرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَـى مُـعْسِرٍ ، يَسَّـرَ اللهُ عَلَيْهِ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَمَنْ سَتَـرَ مُسْلِمًـا ، سَتَـرَهُ اللهُ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَاللهُ فِـي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ
Artinya :
“Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari Kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutup aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba-Nya itu suka menolong saudaranya”. (HR. Muslim)
- Mendamaikan kedua belah pihak yang berselisih
Allah berfirman :
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَࣖ ١٠
Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu (yang bertikai) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati. (QS. Al-Hujurat : 10)
- Hindari perselisihan dan perbedaan pendapat yang mengarah kepada perpecahan
Allah SWT berfirman :
وَلَوْ شَاۤءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلَا يَزَالُوْنَ مُخْتَلِفِيْنَۙ ١١٨
Jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia akan menjadikan manusia umat yang satu. Namun, mereka senantiasa berselisih (dalam urusan agama). (QS. Hud : 118)
- Senantiasa memelihara hubungan kekeluargaan
Allah SWT berfirman ,
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءًۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا ١
Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu (Adam) dan Dia menciptakan darinya pasangannya (Hawa). Dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu. (QS. An-Nisa : 1)
- Mengendalikan amarah
Allah SWT berfirman :
لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرَعَةِ، إنَّمَا الشَّدِيْدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الغَضَبِ
“Orang yang kuat bukan yang jago dalam bergulat, tetapi yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR Bukhari Muslim)
Kisah Teladan.
Keruntuhan dan kehancuran dinasti Abasiyyah terjadi akibat tercerai berainya umat Islam. Terjadinya kemunduran tidak lain merupakan akibat dari pertikaian yang tidak kunjung selesai. Tidak bersatunya umat Islam mengakibatkan Bani Abbasiyah sudah tidak memiliki kekuatan untuk melawan pasukan Mongol atau Tartar.
Hanya dalam 40 hari, dinasti yang sudah ada selama 500 tahun lebih terpaksa lenyap. Detik-detik keruntuhan Bani Abbasiyah merupakan hal yang paling menyakitkan pada masa itu. Untuk pertama kalinya umat Islam tidak merasakan kepemimpinan khalifah, sebelum masuk ke era Turki Usmani.
Kisah awal kehancuran dinasti Abasiyyah yaitu adanya pertikaian internal terbesar dalam Daulah Abbasiyah dan adanya konflik suksesi serta perebutan kekuasaan di antara anggota keluarga khalifah. Persaingan antar pihak keluarga Abbasiyah menyebabkan perebutan takhta dan konflik yang berkepanjangan mengakibatkan ketidakstabilan politik.
Pemberontakan tentara dan kelompok-kelompok militer, terutama oleh Bangsa Turk, menjadi faktor penting yang memperburuk keadaan. Pemberontakan ini sering kali terjadi akibat ketidakpuasan terhadap kondisi sosial dan ekonomi, serta persaingan kekuasaan.
Pertikaian antar kelompok keagamaan dan perdebatan teologis juga memainkan peran dalam pertikaian internal. Perselisihan antar sekte dan kelompok keagamaan, terutama yang terkait dengan doktrin keagamaan, menciptakan ketegangan di dalam masyarakat.
Kondisi ekonomi yang buruk dan ketidakpuasan sosial juga memicu pertikaian internal. Pajak yang berat dan ketidaksetaraan sosial memicu ketidakpuasan di kalangan rakyat, yang dapat memperkuat kelompok-kelompok pemberontak.
Inilah pentingnya kita menjaga perdamaian antar sesama muslim. Selama pertikaian terus dibiarkan, keruntuhan umat Islam akan datang. Janganlah saling membenci, bila sedang marah kepada saudaramu maka tahanlah. Selalu jaga emosi, bila ingin mengingatkan teman yang salah maka ungkapkan dengan baik-baik.
Demikian Kajian Ahad edisi 11 Agustus 2024, bersama Ust. Prof.Dr. H. Sofyan Sauri.M.Pd,. Semoga bermanfaat.
Tutup.
DOA
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعْمِكَ مُثْنِينَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا
“Ya Allah, satukanlah hati kami, perbaikilah urusan kami, berilah kami petunjuk menuju jalan keselamatan, selamatkanlah kami dari kegelapan menuju jalan yang terang. Jauhkanlah kami dari perbuatan keji, yang tampak maupun yang tersembunyi, berkahilah pendengaran kami, penglihatan kami, hati kami, suami/istri kami, dan anak keturunan kami, terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang, jadikanlah kami senantiasa bersyukur atas setiap nikmat dari-Mu, jadikanlah kami senantiasa memujimu atas nikmat tersebut, senantiasa menerima nikmat tersebut, dan mohon sempurnakanlah nikmat tersebut untuk kami.”
(HR. Abu Daud)
Editor: Beny