BandungPunyaBerita. Com, Kota Bandung – Kajian Ahad edisi 14 Oktober 2024 bersama Ust. Prof. Dr. H. Sopfyan Sauri,. M.Pd terkait kandungan Surah Al-Maidah Ayat 89, yang dirangkum redaksi BandungPunyaBerita. Com, sebagai berikut.
Landasan Teologis
َا يُؤَاخِذُكُمُ اللّٰهُ بِاللَّغْوِ فِيْٓ اَيْمَانِكُمْ وَلٰكِنْ يُّؤَاخِذُكُمْ بِمَا عَقَّدْتُّمُ الْاَيْمَانَۚ فَكَفَّارَتُهٗٓ اِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسٰكِيْنَ مِنْ اَوْسَطِ مَا تُطْعِمُوْنَ اَهْلِيْكُمْ اَوْ كِسْوَتُهُمْ اَوْ تَحْرِيْرُ رَقَبَةٍۗ فَمَنْ لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلٰثَةِ اَيَّامٍۗ ذٰلِكَ كَفَّارَةُ اَيْمَانِكُمْ اِذَا حَلَفْتُمْۗ وَاحْفَظُوْٓا اَيْمَانَكُمْۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ ٨٩
Artinya :Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak disengaja (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja. Maka, kafaratnya (denda akibat melanggar sumpah) ialah memberi makan sepuluh orang miskin dari makanan yang (biasa) kamu berikan kepada keluargamu, memberi pakaian kepada mereka, atau memerdekakan seorang hamba sahaya. Siapa yang tidak mampu melakukannya, maka (kafaratnya) berpuasa tiga hari. Itulah kafarat sumpah-sumpahmu apabila kamu bersumpah (dan kamu melanggarnya). Jagalah sumpah-sumpahmu! Demikianlah Allah menjelaskan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya). (QS. Al-Maidah :89)
Interpretasi Para Mufasir
Tafsir Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an
Laghw atau sumpah yang tidak disengaja adalah ucapan yang biasa keluar dari lisan tanpa ada maksud bersumpah (tanpa niat) atau seseorang meyakini sesuatu yang dikiranya benar, namun ternyata tidak demikian.
Contoh laghw adalah seseorang berkata, “Tidak! Demi Allah”, “Benar, demi Allah” dsb.
Tafsir Al-Mukhtashar
Allah tidak akan menghukum kalian -wahai orang-orang mukmin- berdasarkan sumpah yang kalian ucapkan tanpa sengaja, tetapi Dia akan menghukum kalian berdasarkan sumpah yang disengaja dan hati kalian bertekad untuk itu, kemudian kalian melanggar sumpah itu.
Kafarat dari sumpah yang disengaja dan diucapkan dengan sungguh-sungguh adalah salah satu dari tiga pilihan, yaitu: memberi makan 10 orang miskin dengan jenis makanan yang biasa dikonsumsi oleh rata-rata penduduk negeri. Masing-masing orang miskin mendapat setengah ṣā’ (sekitar satu setengah kilogram), atau memberikan pakaian kepada mereka dengan jenis pakaian yang umum, atau memerdekakan seorang budak belian yang beriman (muslim).
Jika seseorang tidak mampu menebus dengan salah satu dari tiga pilihan tersebut, ia boleh berpuasa selama 3 hari. Hal-hal itu semua merupakan kafarat sumpah kalian
Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah
Allah Maha Mengetahui tabiat, kelemahan, dan kekurangan manusia. Dan Allah mempedulikan mereka dari sisi ini, yaitu ketika seseorang mengucapkan sumpah tanpa ada maksud bersumpah di dalam hati, seperti ketika mengucapkan: demi Allah tidak, demi Allah aku akan pergi, dst. Bahwa Allah memaafkan sumpah yang demikian sehingga Dia tidak akan memperhitungkannya. Namun yang akan Allah perhitungkan adalah sumpah yang kalian ucapkan dengan hati yang penuh kesungguhan untuk bersumpah.
Jauhilah bersumpah sebisa mungkin, namun jika kalian memang harus bersumpah maka hendaklah kalian memenuhi sumpah tersebut. Dan bayarlah kafarat jika kalian tidak mampu memenuhi sumpah. Allah telah menjelaskan hukum-hukum agama kalian agar kalian mensyukuri rahmat dan petunjuk yang telah Allah berikan kepada kalian. Bagi Allah keutamaan dan pujian atas syariat-Nya yang telah Dia jelaskan.
Nilai-Nilai Pedagogis
Nilai tanggung jawab
Ayat ini mengajarkan bahwa sumpah adalah janji yang mengandung konsekuensi moral dan spiritual. Pendidikan yang dapat diambil adalah bagaimana seorang Muslim harus bertanggung jawab atas setiap perkataannya, khususnya ketika sumpah sudah diucapkan. Ini penting dalam mendidik siswa untuk bertanggung jawab atas tindakan dan kata-kata mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai Kejujuran
Sumpah merupakan sarana untuk menegaskan kebenaran, sehingga pelajaran kejujuran sangat ditekankan. Dalam pendidikan, nilai kejujuran ini menjadi dasar untuk membentuk karakter siswa yang dapat dipercaya dan berintegritas, sehingga mereka selalu berbicara sesuai kenyataan dan tidak melanggar janji.
Nilai Pengendalian Diri
Ucapan sumpah harus dilakukan dengan hati-hati, karena jika tidak, ada konsekuensi atau kafarat (tebusan) yang harus ditunaikan. Hal ini mengajarkan nilai pengendalian diri, bahwa seseorang tidak boleh sembarangan mengucapkan sesuatu, terutama dalam hal yang terkait dengan janji atau sumpah.
Nilai Spiritualitas dan Takwa
Sumpah dalam Islam terkait dengan kesadaran terhadap Allah (takwa) dan keyakinan akan pengawasan-Nya atas setiap perbuatan manusia. Dalam pendidikan, ini mengajarkan siswa untuk selalu merasa dekat dengan Allah dan melibatkan dimensi spiritual dalam setiap aspek kehidupan mereka, termasuk ketika membuat komitmen atau janji.
Nilai Keadilan
Nilai keadilan ini penting untuk ditanamkan dalam pembelajaran, agar siswa memahami bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi yang adil dan sesuai dengan hukum agama.
Makna Sumpah
Sumpah pada hakikatnya adalah ikrar dan janji yang sungguh-sungguh diucapkan oleh seorang manusia kepada Allah. Tuhan Yang Maha Esa bahwa dia akan menepati janjinya dan tidak akan melanggar sumpahnya.
Sumpah merupakan pembenaran suatu urusan atau penguatan terhadap perkara tersebut dengan menyebutkan nama Allah SWT.
Sumpah yang disengaja adalah sumpah yang dimaksudkan oleh seseorang dan ditujukan untuk itu sebagai penguat dalam melakukan atau meninggalkan sesuatu. Sumpah dan janji akan dimintai pertanggung Jawaban
Allah berfirman :
…….وَاَوْفُوْا بِالْعَهْدِۖ اِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْـُٔوْلًا ٣
Artinya : dan penuhilah janji (karena) sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Isra : 34)
Sumpah bukanlah sembarang ucapan, melainkan melibatkan kesakralan dan tanggung jawab yang besar. Ketika seseorang bersumpah, berarti ia menyertakan nama Allah SWT sebagai saksi atas ucapannya.
Seseorang yang bersumpah akan dimintai pertanggungjawaban atas ucapannya di hadapan Allah SWT.
Bagi mereka yang melanggar sumpah, akan ada konsekuensi yang harus ditanggung, baik di dunia maupun di akhirat. Dan apabila ia menggugurkannya, ia wajib membayar kafarat
Allah berfirman :
وَلَا تَجْعَلُوا اللّٰهَ عُرْضَةً لِّاَيْمَانِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْا وَتَتَّقُوْا وَتُصْلِحُوْا بَيْنَ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ ٢٢٤لَا يُؤَاخِذُكُمُ اللّٰهُ بِاللَّغْوِ فِيْٓ اَيْمَانِكُمْ وَلٰكِنْ يُّؤَاخِذُكُمْ بِمَا كَسَبَتْ قُلُوْبُكُمْۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ حَلِيْمٌ ٢٢٥
Artinya :
- Janganlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu sebagai penghalang dari berbuat baik, bertakwa, dan menciptakan kedamaian di antara manusia. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
- Allah tidak menghukummu karena sumpahmu yang tidak kamu sengaja, tetapi Dia menghukummu karena sumpah yang diniatkan oleh hatimu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. (QS. Al-Baqarah : 224-225)
Adapun makna ayat tersebut sebagaimana yang dinukil oleh Ibnu Katsir dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Janganlah kalian jadikan sumpah kalian sebagai penghalang kalian untuk berbuat kebajikan, akan tetapi hapuskan sumpah kalian dengan kafarat, dan berbuat kebajikanlah.”
Tiga Jenis Sumpah dalam Islam
Sumpah Laghawi
Sumpah Laghwi adalah sumpah yang tidak dimaksudkan untuk bersumpah.
Contohnya: “Demi Allah kamu harus datang” dan “Demi Allah kamu wajib makan.”
Sumpah Mun’aqidah Sumpah Mun’aqidah yaitu sumpah yang memang benar-benar sengaja diucapkan untuk bersumpah untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu hal.
Contohnya: “Demi Allah saya akan bersedekah sebanyak satu juta rupiah” dan “Saya bersumpah demi Allah tidak akan menipumu.”
Sumpah Ghamus yaitu sumpah palsu/bohong dimana sumpah yang diucapkan untuk menipu atau mengkhianati orang lain.
Sumpah palsu ini adalah salah satu dosa besar sehingga tidak ada kaffarat/dendanya atau tidak bisa ditebus dengan kaffarat. Pelakunya wajib bertaubat nasuha.
Kesakralan Sumpah dan Akibat Melanggar Sumpah
- Allah Maha Teliti akan sumpah yang diucapkan hamba-Nya
Allah berfirman :
۞ وَاَقْسَمُوْا بِاللّٰهِ جَهْدَ اَيْمَانِهِمْ لَىِٕنْ اَمَرْتَهُمْ لَيَخْرُجُنَّۗ قُلْ لَّا تُقْسِمُوْاۚ طَاعَةٌ مَّعْرُوْفَةٌۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ ٥٣
Mereka bersumpah atas (nama) Allah dengan sungguh-sungguh bahwa jika engkau menyuruh mereka (berperang), pastilah mereka akan berangkat. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Janganlah kamu bersumpah (karena yang diminta) adalah ketaatan yang baik. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
(QS. An-Nur : 53)
- Allah tidak akan menyapa orang yang mempermainkan sumpah dan mereka memperoleh azab yang pedih
Allah berfirman :
اِنَّ الَّذِيْنَ يَشْتَرُوْنَ بِعَهْدِ اللّٰهِ وَاَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا قَلِيْلًا اُولٰۤىِٕكَ لَا خَلَاقَ لَهُمْ فِى الْاٰخِرَةِ وَلَا يُكَلِّمُهُمُ اللّٰهُ وَلَا يَنْظُرُ اِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَلَا يُزَكِّيْهِمْۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ ٧٧
Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga murah, mereka itu tidak memperoleh bagian di akhirat, Allah tidak akan menyapa mereka, tidak akan memperhatikan mereka pada hari Kiamat, dan tidak akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih. (QS. Ali Imran : 77)
- Berdosa meninggalkan apa yang telah diniatkan/disengaja
Allah berfirman :
….وَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيْمَآ اَخْطَأْتُمْ بِهٖ وَلٰكِنْ مَّا تَعَمَّدَتْ قُلُوْبُكُمْۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا ٥
…….Tidak ada dosa atasmu jika kamu khilaf tentang itu, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzab : 5)
- Tergelincir kepada keburukan dan memperoleh azab yang besar
Allah berfirman :
وَلَا تَتَّخِذُوْٓا اَيْمَانَكُمْ دَخَلًا ۢ بَيْنَكُمْ فَتَزِلَّ قَدَمٌۢ بَعْدَ ثُبُوْتِهَا وَتَذُوْقُوا السُّوْۤءَ بِمَا صَدَدْتُّمْ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِۚ وَلَكُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ ٩٤
Janganlah kamu jadikan sumpah-sumpahmu sebagai alat penipu di antara kamu, yang menyebabkan kakimu tergelincir setelah kukuh tegaknya dan kamu akan merasakan keburukan karena kamu menghalangi (manusia) dari jalan Allah dan bagi kamu azab yang besar. (QS. An-Nahl : 94)
Rasulullah Saw bersabda :
اَلْكَبَائِرُ اْلإِشْرَاكُ بِاللهِ وَعُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ وَقَتْلُ النَّفْسِ وَالْيَمِيْنُ الْغَمُوْسُ.
“Termasuk dosa besar adalah menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh jiwa, dan sumpah palsu.”
(HR. Bukhari, An-Nasa’i dan At-Tirmidzi)
Keistimewaan Orang yang Menepati Sumpah dan Janjinya
- Dicintai Allah dan menjadi orang yang bertakwa
Allah berfirman :
بَلٰى مَنْ اَوْفٰى بِعَهْدِهٖ وَاتَّقٰى فَاِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِيْنَ ٧٦
Bukan begitu! Siapa yang menepati janji dan bertakwa, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa.
(QS. Ali Imran : 76)
- Menjadi orang yang beruntung
Allah berfirman :
وَالَّذِيْنَ هُمْ لِاَمٰنٰتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُوْنَۙ ٨
(Sungguh beruntung pula) orang-orang yang memelihara amanat dan janji mereka.
(QS. Al-Mu’minun : 8)
- Menjadi orang yang berakal dan mengambil pelajaran
Allah berfirman :
۞ اَفَمَنْ يَّعْلَمُ اَنَّمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ اَعْمٰىۗ اِنَّمَا يَتَذَكَّرُ اُولُوا الْاَلْبَابِۙ ١٩الَّذِيْنَ يُوْفُوْنَ بِعَهْدِ اللّٰهِ وَلَا يَنْقُضُوْنَ الْمِيْثَاقَۙ ٢٠
Apakah orang yang mengetahui bahwa apa yang diturunkan kepadamu (Nabi Muhammad) dari Tuhanmu adalah kebenaran sama dengan orang yang buta? Hanya orang yang berakal sehat sajalah yang dapat mengambil pelajaran. (Yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak membatalkan perjanjian.(QS. Ar-Rad : 19-21)
Diriwayatkan Abu Dawud dalam Sunan-nya. Suatu kali, Nabi Muhammad Saw menceritakan kepada para sahabat beliau. Ada seseorang dari kalangan Bani Israil yang hidup jauh pada masa sebelum Nabi Saw.
“Di tengah Bani Israil pada masa silam, terdapat dua orang yang bersaudara. Salah satunya gemar berbuat dosa, sedangkan yang satunya lagi rajin beribadah.
Orang yang rajin beribadah lantas suatu kali mendapati saudaranya itu sedang berbuat dosa. Maka dia pun berkata, ‘Berhentilah (dari perbuatan dosa)!’
Pada hari lain, orang saleh tadi kembali mendapati saudaranya berbuat dosa lagi. Lantas, dia berkata, ‘Hentikan (perbuatanmu)!’ Mendengarnya, si orang yang sering berbuat dosa lantas menjawab, ‘Biarkan saja aku dan Tuhanku. Memang kamu ini siapa, apakah diutus untuk selalu mengawasiku?’
Maka si orang itu (yang saleh) menjawab seraya bersumpah, ‘Demi Allah, Allah tidak akan mengampunimu atau tidak akan memasukkanmu ke dalam surga untuk selamanya.’
Waktu silih berganti. Allah mencabut nyawa dua orang bersaudara itu. Keduanya lalu berjumpa lagi di hadapan Sang Pencipta alam semesta.
Allah berfirman kepada orang yang rajin beribadah, ‘Apakah engkau mengetahui tentang Aku atau apakah engaku berkuasa terhadap apa-apa (rahmat) yang ada di tangan-Ku?’
Allah juga berfirman kepada orang yang gemar berbuat dosa, ‘Pergilah lalu masuklah kamu ke dalam surga dengan rahmat-Ku.’ Adapun tentang si saudara yang saleh, Dia berfirman kepada para malaikat, ‘Bawalah dia ke neraka!’
Mengenai hadis tersebut, Abu Hurairah mengomentari tokoh-tokoh cerita itu. “Demi Zat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya. Sungguh dia (si orang yang saleh) telah mengucapkan kata-kata sumpah yang justru membinasakan urusan dunia dan akhiratnya.”
Hikmah dari kisah dua orang Bani Israil itu antara lain perlunya bersikap hati-hati (wara’) dalam menjalani kehidupan di dunia. Sering kali, apa yang terbersit dalam benak pikiran tidak mesti disampaikan melalui lisan. Apalagi, dengan “berani” menyebut nama Allah Ta’ala.
Kata-kata yang mungkin dapat menyakiti perasaan, sebaiknya dihindari. Selain itu, selalu meyakini sepenuh hati, betapa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Apa yang menurut pandangan mata sebagai sesuatu yang buruk, belum tentu berakhir dalam keadaan buruk pula. Untuk itulah, perlunya sering-sering memohon ampunan dan rahmat dari-Nya.
Demikian Kajian Ahad kali ini semoga bermanfaat.
DOA :
َبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا
Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah.’” [QS. Al-Baqarah : 286] *(Selly)