BandungPuber. Com — Dua warga ditemukan dalam kondisi meninggal dunia setelah tertimbun tanah longsor yang terjadi di Desa Sukamaju, Kecamatan Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Minggu (11/9/2022).
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ciamis melaporkan bahwa peristiwa itu terjadi saat hujan dengan intensitas tinggi pada pukul 20.00 WIB ditambah kondisi tanah yang labil di lokasi kejadian.
Sebanyak 28 KK/88 jiwa di Desa Sukahurip dan Desa Sukamaju, Kecamatan Cihaurbeuti terdampak bencana itu. Beberapa warga Desa Sukamaju terpaksa mengungsi di masjid tak jauh dari permukiman dan korban meninggal dunia dimakamkan hari ini, Senin (12/9).
BPBD Kabupaten Ciamis saat ini berfokus pada penanganan longsor di Desa Sukamaju untuk evakuasi dan penyelamatan warga serta pembukaan akses jalan yang tertimbun material longsor.
Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, cuaca ekstrem yang ditandai dengan peningkatan curah hujan, fenomena hujan sedang hingga lebat dan dapat disertai petir serta angin kencang diprakirakan masih akan melanda 24 wilayah provinsi di Indonesia, terhitung sejak Sabtu (10/9) hingga sepekan ke depan atau Jumat (16/9).
“Informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) ke-24 wilayah itu meliputi Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur,” kata Muhari.
“Adapun Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua,” imbuhnya.
Muhari mengimbau kepada masyarakat dan pemangku kebijakan di daerah setempat agar tetap waspada dan meningkatkan kesiapsiagaan.
“Sebagai antisipasi bencana angin kencang, upaya seperti monitoring kekuatan struktur baliho dan pemangkasan cabang dan ranting pohon-pohon besar di wilayah perkotaan hingga desa, pemantauan lereng perbukitan, pembersihan saluran drainase perkotaan agar dilakukan secara berkala,” tuturnya.
Muhari menambahkan, guna mengantisipasi potensi ancaman bencana hidrometerologi basah lainnya seperti banjir dan tanah longsor, BNPB mengimbau agar melakukan upaya seperti monitoring lereng perbukitan, susur sungai, pembersihan aliran sungai, kanal, saluran drainase permukiman, dan saluran irigasi secara berkala.
“Untuk memininalisir potensi bencana yang dapat dipicu oleh faktor cuaca dan kondisi tata ruang lingkungan perlunya monitoring menyeluruh,” ujarnya.
“Apabila terjadi hujan dalam durasi lebih dari satu jam, maka masyarakat yang tinggal di bantaran sungai atau di lereng gunung maupun tebing agar mengungsi ke tempat yang lebih aman untuk sementara waktu,” tambahnya. * Humas Jabar.
Editor: Beny