Bandungpunyaberita.com – Mahasiswa Pendidikan IPS di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Azzam Dzubyan (20), menyatakan kenaikan UKT adalah isu sensitif di lingkungan kampus.
Mereka khawatir pemotongan tersebut akan berdampak pada kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang diakibatkan dari kebijakan efisiensi anggaran yang berpotensi berdampak pada pemotongan Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BPOTN) hingga 50% yang pada akhirnya menimbulkan kekhawatiran di kalangan mahasiswa.
Ia menambahkan, perjuangan untuk menurunkan UKT dari semester ke semester belum menemukan solusi, sehingga pemotongan BOPTN dikhawatirkan akan menambah masalah baru bagi mahasiswa.
“Di UPI saja, perjuangan untuk penurunan biaya dari semester ke semester belum pernah menemukan titik selesai. Ditambah sekarang ada pemotongan bantuan operasional untuk perguruan tinggi yang pasti berdampak terhadap kenaikan UKT, otomatis akan menjadi masalah baru bagi mahasiswa”, Ujar Azzam saat dihubungi melalui pesan singkat Whatsapp pada hari Jumat, 14 Februari 2025.
Faris Faqih Muamar (19) selaku mahasiswa Jurnalistik di Universitas Padjajaran (UNPAD) juga turut mengaku tidak setuju terhadap rencana efisiensi BOPTN, karena saat ini banyak mahasiswa sudah merasa terbebani dengan UKT.
Jika rencana tersebut terealisasi, ia khawatir banyak mahasiswa, terutama penerima Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIPK), akan terdampak.
“Kalau dari saya pribadi sangat tidak setuju sih, karena saya lihat tanpa ada rencana efisiensi ini pun, teman-teman mahasiswa sudah banyak yang merasa agak berat dengan UKT-nya. Kalau rencana ini benar-benar terealisasi, pasti banyak yang terdampak, apalagi penerima KIPK”, tandasnya.
Editor: G.S