“Marah Adalah Kunci Setiap Keburukan” Dalam Islam Marah Terbagi Dua, Berikut Penjelasan Guru Besar UPI Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd

- Penulis Berita

Minggu, 1 Desember 2024 - 07:30 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ust. Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd, (Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia) Ft dok, Rully Nasrullah.

Ust. Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd, (Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia) Ft dok, Rully Nasrullah.

BandungPunyaBerita. Com,  Kota Bandung – Kajian Ahad edisi 1 Desember 2024,  bersama Prof. Dr. H. Sofyan Sauri. M. Pd, terkait isi kandungn  Surah At-Taubah Ayat 51: Mengenai Pengelolaan Emosi dalam Menerima Takdir Allah untuk Melahirkan Kebahagiaan dan Keselamatan Hidup, yang dirangkum redaksi BandungPuber. Com. berikut ini.

Landasan Teologis

قُلْ لَّنْ يُّصِيْبَنَآ اِلَّا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَنَاۚ هُوَ مَوْلٰىنَا وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْ  ۝٥١

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah hendaknya orang-orang mukmin bertawakal. (QS. At-Taubah : 51)

Interpretasi Para Musafir.

Menurut Ibnu Hajar Rahimahullah dalam Kitab Fathul Bari berpendapat, Allah menyampaikan ayat ini dengan kata lanaa dan bukan ‘alainaa sebagai peringatan bahwa hendaklah kita memandang setiap apa yang menimpa dan terjadi pada kita sebagai ni’mah (anugerah) dan bukan nikmah (kesengsaraan).

Dalam Tafsir Ibnu Rajab al-Hanbali, Ibnu Jauzi berkata : aku mendengar menteri (Ibnu Hubairah) berkata tentang ayat ini. Allah tidak mengatakan dengan katabaalainā karena menyangkut urusan seorang mukmin. Setiap kali ia ditimpa sesuatu, maka sesungguhnya sesuatu itu adalah tetap baik untuknya. Apabila ditimpa kebaikan, maka itulah kebaikan yang ia peroleh di dunia. Dan apabila ditimpa keburukan, maka kebaikannya adalah nanti berupa pahala di Akhirat.

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an.

Allah sudah mengatur segala urusan dan mencatatnya di Lauh Mahfudz. Oleh karena itu, sikap kami adalah ridha dengan qadar-Nya, dan kami tidak berkuasa apa-apa.

Hanya kepada Alah kaum mukmin bersandar dalam menarik maslahat dan menghindarkan madharat serta mempercayakan kepada-Nya dalam mewujudkan apa yang mereka inginkan. Oleh karena itu, tidak akan kecewa orang-orang yang bertawakkal, sedangkan orang-orang yang tidak bertawakkal kepada-Nya, maka ia akan kecewa dan tidak memperoleh apa yang diharapkannya.

Syaikh Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Wajiz

Dalam QS. At-Taubah menyeru Nabi untuk mengatakan kepada mereka: “Tidak akan ada yang menimpa kami kecuali yang ditakdirkan Allah atas kami, dan kami meridhainya. Dialah penolong kami dan pengatur urusan-urusan kami, dan sebaiknya orang-orang mukmin menyerahkan urusan-urusanNya hanya kepada Allah bukan selainNya”

Nilai-Nilai Pedagogis

  1. Pengelolaan Emosi dengan Sabar

Dalam menghadapi takdir Allah, terutama yang tampak tidak sesuai dengan harapan, sabar adalah kunci utama. Ayat ini mengajarkan bahwa seseorang tidak perlu merasa terpuruk atau kecewa berlebihan, karena segala sesuatu yang terjadi, baik atau buruk, adalah bagian dari rencana Allah yang penuh hikmah. Dengan sabar, kita dapat mengelola emosi, menjaga keseimbangan jiwa, dan tidak terjerumus dalam perasaan negatif yang berkepanjangan.

  1. Keterbukaan terhadap Takdir

Ayat ini mengajarkan kita untuk menerima takdir Allah dengan lapang dada. Ini mencakup kemampuan untuk tidak menolak kenyataan yang ada, bahkan jika itu menyakitkan. Dalam pengajaran atau pendidikan, hal ini berkaitan dengan pentingnya sikap terbuka terhadap kenyataan dan perubahan, serta kesiapan untuk menerima apa yang telah ditentukan oleh Allah.

3.Menggunakan Takdir Sebagai Pelajaran

Setiap peristiwa dalam hidup, baik yang menyenangkan atau yang penuh ujian, memiliki hikmah yang dapat diambil. Ayat ini mengajarkan kita untuk tidak hanya menerima takdir Allah, tetapi juga memanfaatkannya sebagai pelajaran berharga. Kesulitan dan tantangan hidup dapat menjadi sarana untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah.

  1.  Kebahagiaan dalam Rasa Ridha

Rasa ridha (menerima dengan ikhlas) terhadap takdir Allah adalah salah satu cara untuk mencapai kebahagiaan sejati. Ayat ini mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari pemenuhan keinginan duniawi semata, tetapi dari kepasrahan dan rasa ikhlas terhadap apa yang diberikan oleh Allah. Ketika seseorang mampu ridha, ia akan merasakan kedamaian dalam hatinya, meskipun dunia di sekitarnya tidak selalu sesuai dengan yang diharapkan.

  1. Keyakinan kepada Takdir Allah

Nilai lain yang terkandung dalam ayat ini adalah keyakinan yang mendalam kepada takdir Allah. Allah mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya, bahkan jika kita tidak memahami sepenuhnya. Ketika kita memiliki keyakinan yang kuat terhadap takdir-Nya, kita akan lebih mudah untuk mengelola emosi dan tetap tenang di tengah ujian hidup

Landasan Teoretis : Makna Emosi dan Takdir

Marah/emosi dalam bahasa Arab yaitu ‘gadlab’. Secara istilah, اَلْغَضَبُ  yaitu perubahan dalam diri atau emosi yang dibawa oleh kekuatan dan rasa dendam demi menghilangkan gemuruh di dalam dada, dan yang paling besar dari marah adalah اَلْغَيْظُ  hingga mereka berkata dalam definisinya: “Kemarahan yang teramat sangat.”

Dalam Islam, marah terbagi dua, marah yang terpuji dan marah yang tercela.

1.Marah yang terpuji, yaitu bila dilakukan dalam rangka membela diri, kehormatan, harta, agama, hak-hak umum atau menolong orang yang dizhalimi.

2.Marah yang tercela adalah marah sebagai tindakan balas dendam demi dirinya sendiri.

Imam an-Nawawi rahimahullah dalam Kitab “Syarhu shahihi Muslim” mengatakan, “Ketahuilah bahwa keyakinan para pengikut kebenaran adalah menetapkan (mengimani) takdir Allâh, yang berarti bahwa Allâh SWT telah menetapkan takdir segala sesuatu secara azali (terdahulu), dan Dia Maha mengetahui bahwa semua itu akan terjadi pada waktu-waktu (tertentu), dan di tempat-tempat (tertentu) yang diketahui-Nya, yang semua itu terjadi sesuai dengan ketetapan takdir-Nya.

Demikian apapun takdir yang bagus atau jelek harus kita terima dengan hati yang ikhlas dan qona’ah atas apa yang Allah berikan serta menjauhi emosi dan sikap tidak terima atas apa yang Allah takdirkan karena emosi adalah awal semua keburukan.

Dalam Islam, emosi adalah perangai yang mendatangkan banyak keburukan, serta menjadi pintu bagi setan untuk masuk ke dalam tubuh manusia. Sedangkan dari segi kesehatan, emosi dapat menyebabkan nyeri dada, dan beberapa masalah jantung.

Jakfar bin Mu berkata:

الْغَضَبُ مِفْتَاحُ كُلِّ شَرٍّ

“Marah adalah kunci dari setiap keburukan.”

Rasulullah bersabda :

اِنَّ الْغَضَبَ مِنَ الشَّيْطَانِ وَالشَّيْطَانُ خُلِقَ مِنَ النَّارِ وَاِنَّمَا يَطْفَاُ بِالْمَاءِ النَّارُ. فَاِذَا غَضَبَ اَحَدُكُمْ فَالْيَتَوَضَاءْ

Sesungguhnya marah itu dari setan dan setan diciptakan dari api sementara api akan padam ketika terkena air. Maka jika diantara kalian ada yang marah maka berwudu’lah.”

(HR. Imam Ahmad & Abu Daud)

Takdir ada 2 menurut Islam :

  1. Takdir muallaq

Takdir muallaq adalah ketetapan Allah yang melibatkan peran manusia melalui usaha atau ikhtiar. Takdir muallaq dapat berubah tergantung pada tindakan yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Allah berfirman :

…اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ …

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka

(QS. Ar-Rad : 11)

  1. Takdir Mubram

Takdir mubram adalah segala sesuatu yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT tanpa melalui proses sebab-akibat. Takdir mubram adalah takdir yang tidak dapat diubah oleh siapa pun, kecuali Allah.

Allah berfirman :

اَيْنَمَا تَكُوْنُوْا يُدْرِكْكُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِيْ بُرُوْجٍ مُّشَيَّدَةٍۗ وَاِنْ تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَّقُوْلُوْا هٰذِهٖ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِۚ وَاِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَّقُوْلُوْا هٰذِهٖ مِنْ عِنْدِكَۗ قُلْ كُلٌّ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِۗ فَمَالِ هٰٓؤُلَاۤءِ الْقَوْمِ لَا يَكَادُوْنَ يَفْقَهُوْنَ حَدِيْثًا ۝٧٨

Artinya :

Di mana pun kamu berada, kematian akan mendatangimu, meskipun kamu berada dalam benteng yang kukuh. Jika mereka (orang-orang munafik) memperoleh suatu kebaikan, mereka berkata, “Ini dari sisi Allah” dan jika mereka ditimpa suatu keburukan, mereka berkata, “Ini dari engkau (Nabi Muhammad).” Katakanlah, “Semuanya (datang) dari sisi Allah.” Mengapa orang-orang itu hampir tidak memahami pembicaraan?

Semua takdir itu baik, ada hikmah di balik itu. Yang merasakan jelek adalah kita. Allah itu sama sekali tidak berbuat jelek. Takdir Allah tidaklah kejam sehingga kita harus menjaga perasaan dan luapan emosi saat takdir baik atau buruk menimpa karena ada hikmah di dalamnya. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Saw bersabda,

عَجِبْتُ لِلْمُؤْمِنِ، إِنَّ اللهَ لاَ يَقْضِي لِلْمُؤْمِنِ قَضَاءً إِلَّا كَانَ خَيْرًا لَهُ

“Aku begitu takjub pada seorang mukmin. Sesungguhnya Allah tidaklah menakdirkan sesuatu untuk seorang mukmin melainkan pasti itulah yang terbaik untuknya.”   (HR. Ahmad)

Maka kita hendaklah beriman kepada takdir Allah.

وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ

“Dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” (HR. Muslim, no. 8)

Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah dalam Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyah berkata, “Takdir itu tidak ada yang buruk. Yang buruk hanya pada yang ditakdirkan (al–maqdur, artinya manusia atau makhluk yang merasakan jelek). Takdir jika dilihat dari perbuatan Allah, semua takdir itu baik. Sebagaimana disebutkan dalam hadits, ‘Kejelekan tidak disandarkan kepada-Mu.’

Jadi, takdir Allah itu selamanya tidak ada yang jelek. Karena ketetapan takdir itu ada karena rahmat dan hikmah. Kejelekan murni itu hanya muncul dari pelaku kejelekan. Sedangkan Allah itu hanya berbuat baik saja selama-lamanya.”

Dalam Tafsir Az-Zahrawain disebutkan Allah yang lebih mengetahui akibat terbaik setiap perkara. Allah yang Maha Mengetahui yang paling maslahat untuk urusan dunia dan akhirat kita.

Sedangkan kita sendiri tidak mengetahui yang terbaik dan yang jelek untuk kita.

Maka Allah adalah sebaik-baik penolong dan perencana.

Cara Mengelola Emosi dalam Menerima Takdir Allah untuk Melahirkan Kebahagiaan dan Keselamatan Hidup Menghindari rasa bersedih hati dan bersempit dada dalam takdir yang datang kepada kita Dan ketika mereka maju melawan Jalut dan tentaranya, mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, kukuhkanlah langkah kami dan tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.”

  1. Berdoa kepada Allah agar dapat mengendalikan amarah dan Allah melimpahkan kesabaran atas apa yang terjadi

Allah berfirman :

وَلَمَّا بَرَزُوْا لِجَالُوْتَ وَجُنُوْدِهٖ قَالُوْا رَبَّنَآ اَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَّثَبِّتْ اَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَۗ ۝٢٥٠

  1. Dan ketika mereka maju melawan Jalut dan tentaranya, mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, kukuhkanlah langkah kami dan tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.”

(QS. Al-Baqarah : 250)

  1. Menghindari rasa bersedih hati dan bersempit dada dalam takdir yang datang kepada kitaAllah Berfirman :
    وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ اِلَّا بِاللّٰهِ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُ فِيْ ضَيْقٍ مِّمَّا يَمْكُرُوْنَ ۝١٢٧Bersabarlah (Nabi Muhammad) dan kesabaranmu itu semata-mata dengan (pertolongan) Allah, janganlah bersedih terhadap (kekufuran) mereka, dan jangan (pula) bersempit dada terhadap tipu daya yang mereka rencanakan. (QS. An-Nahl : 127)
    3. Mengendalikan nafsu yang mendorong kepada kejahatan kepada nafsu yang dirahmati

    Allah Berfirman :۞ وَمَآ اُبَرِّئُ نَفْسِيْۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌ ۢ بِالسُّوْۤءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ۝٥٣

    Aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”  (QS. Yusuf : 53)

    4. Bersabar
    Allah berfirman :

    قُلْ يٰعِبَادِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوْا رَبَّكُمْۗ لِلَّذِيْنَ اَحْسَنُوْا فِيْ هٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌۗ وَاَرْضُ اللّٰهِ وَاسِعَةٌۗ اِنَّمَا يُوَفَّى الصّٰبِرُوْنَ اَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ ۝١٠

    Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu.” Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Bumi Allah itu luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa perhitungan.  (QS. Az-Zumar : 10)

    Apa Keutamaan Mengendalikan Emosi dalam Menerima Takdir Allah

     

    1. Dipanggil di hadapan seluruh makhluk dan mendapatkan bidadari

    Rasulullah Saw. bersabda :

    مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُؤُوْسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللهُ مِنَ الْحُوْرِ الْعِيْنِ مَا شَاءَ.

    Barangsiapa menahan amarah padahal ia mampu melakukannya, pada hari Kiamat Allah akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluk, kemudian Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang ia sukai.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).

    2. Memperoleh Surga
    Rasulullah Saw. bersabda :

    لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ

    “Jangan kamu marah, maka kamu akan masuk Surga.”  (HR Ath-Thabrani).

  2. 5. Semua kesulitan yang dialami akan lenyap
  3. Merasa Aman Hatinya pada Hari Kiamat
    Rasulullah Saw. bersabda :وَمَنْ كَظَمَ غَيْظَهُ، وَلَوْ شَاءَ أَنْ يُمْضِيَهُ أَمْضَاهُ، مَلَأَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ قَلْبَهُ أَمْنًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ كَفَّ غَضَبَهُ سَتَرَ اللَّهُ عَوْرَتَهُRasulullah Saw. bersabda, “Siapa yang meninggalkan amarahnya, Allah akan tutup aurat (kesalahan/kekurangan/aib)-nya. Siapa yang menahan amarahnya padahal ia mampu melakukannya, Allah ‘azza wa jalla akan memenuhi hatinya dengan rasa aman pada hari kiamat.” (HR Ibnu Asakir)Rasulullah bersabda :لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيْدُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ

    Orang yang kuat bukanlah ia yang pandai bergulat, melainkan ia yang mampu mengontrol emosinya dengan baik ketika marah.

    (HR. Bukhari dan Muslim)

    4. Menjadi orang yang kuat
    Rasulullah bersabda :

    لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيْدُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ

    Orang yang kuat bukanlah ia yang pandai bergulat, melainkan ia yang mampu mengontrol emosinya dengan baik ketika marah.

    (HR. Bukhari dan Muslim)

    5. Semua kesulitan yang dialami akan lenyap

    Rasulullah Saw. bersabda :

    كُنْتُ جَالِسًا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَجُلاَنِ يَسْتَبَّانِ، فَأَحَدُهُمَا احْمَرَّ وَجْهُهُ، وَانْتَفَخَتْ أَوْدَاجُهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” إِنِّي لَأَعْلَمُ كَلِمَةً لَوْ قَالَهَا ذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ، لَوْ قَالَ: أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ،

    Artinya:
    “Aku sedang duduk bersama Nabi Saw dan dua orang sedang saling berbicara. Salah satu dari mereka memiliki wajah yang merah dan pipinya membengkak. Kemudian Nabi saw bersabda: ‘Sesungguhnya aku mengetahui sebuah kalimat, jika dia mengucapkannya, semua kesulitan yang dia alami akan lenyap. Kalimat itu adalah: ‘A’udhu billahi minash-shaitanir rajim (Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk).’ Maka semua kesulitan yang dia alami akan lenyap.”  (HR. Bukhari & Muslim)

    KISAH TELADAN

    Ulama besar kelahiran Khurasan, Imam Abu Laits As-Samarqandi  dalam Kitab Tanbihul Ghafilin menceritakan keutamaan menahan marah. Betapa beruntungnya mereka yang mampu menahan marah di saat mereka bisa meluapkannya.

    Kisah Khalifah Umar bin Abdul Aziz Umar bin Abdul Aziz adalah seorang khalifah yang lahir tahun 63 Hijrah (684 M) dan wafat tahun 101 Hijriyah (720 M). Beliau sangat dikenal dalam sejarah Islam karena sosoknya yang adil dan dijuluki sebagai Khulafaur Rasyidin kelima.

    Umar bin Abdul Aziz berkata kepada orang yang telah membuatnya marah: “Andaikan engkau tidak membuatku marah, niscaya sudah saya beri hukuman.”

     

    Umar teringat dengan firman Allah yang berbunyi: “Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Ali Imran ayat 134). Karena itu, ketika beliau mendapat kesempatan untuk menahan marah maka langsung digunakannya.

    Suatu hari, Umar bin Abdul Aziz melihat seorang yang mabuk. Ketika akan ditangkap untuk diberi hukuman dera, tiba-tiba beliau dimaki oleh orang yang mabuk itu. Maka Umar mengurungkan niatnya dan tidak jadi menghukum dera pemabuk itu.

    Ketika ditanya: “Ya Amirul Mukminin, mengapa setelah ia memaki kepadamu tiba-tiba engkau tinggalkan?Umar menjawab: “Karena ia menjengkelkanku maka andaikan saya hukum (pukul) mungkin karena murkaku padanya, dan saya tidak suka memukul seseorang hanya membela diriku (untuk kepentingan diriku)”.

    Kisah lain diceritakan, ketika budak Maimun bin Mahran menghidangkan makanan dan membawa kuahnya, tiba-tiba kakinya tergelincir sehingga kuah makanan itu mengenai badan Maimun. Ketika Maimun hendak memukul budak itu, tiba-tiba ia berkata: “Tuanku, laksanakanlah ajaran Allah (yang berbunyi) “ dan mereka yang menahan marah” (QS. Ali Imran : 134). Maimun pun berkata: “Saya berbuat baik kepadamu, maka engkau kini merdeka karena Allah Ta’ala”.

    Demikianlah kisah orang-orang yang menjaga amarah agar menjadi orang yang bertakwa di hadapan Allah

    Demikian Kajian Ahad bersama Prof. Dr. H. Sofyan Sauri. M. Pd. kali ini semoga bermanfaat.

    Penutup.

    Doa.

    اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ ذَنْبِيْ ، وَأَذْهِبْ غَيْظَ قَلْبِيْ ، وَأَجِرْنِيْ مِنَ الشَّيْطَانِ

    Tuhanku, ampunilah dosaku, redamlah murka hatiku, dan lindungilah diriku dari pengaruh setan.

    (Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar)

    Editor: Beny

     

Berita Terkait

DPRD Jabar Berharap Janji Politik Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Dedi- Erwan Terealisasi
Setelah Kabupaten Bandung Ditetapkan Sebagai Desa Wisata Terbanyak, Anggota DPRD Jabar Gelar Sosperda Tentang Desa Wisata
Ketua DPRD Jabar Buky Wibawa Berharap Pemprov Jabar Mendapat Predikat WTP dari BPK RI
Ketua DPRD Jabar Sebut Dinas Perijinan Satu Pintu Pada Prakteknya Rumit dan Tidak Efisien
Diundur, Ini Tanggapan DPRD Jabar Terkait Pelantikan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang Tidak Sesuai Jadwal
Penetapan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Oleh KPU Resmi Disahkan Ketua DPRD Jabar
Rapat Paripurna DPRD Jabar Penetapan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Terpilih
Wakil Ketua Komisi V DPRD Jabar Siti Muntamah Berharap Pramuka Jawa Barat Lebih Maju, Transparan dan Akuntabel

Berita Terkait

Senin, 13 Januari 2025 - 00:04 WIB

DPRD Jabar Berharap Janji Politik Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Dedi- Erwan Terealisasi

Minggu, 12 Januari 2025 - 14:13 WIB

Ketua DPRD Jabar Buky Wibawa Berharap Pemprov Jabar Mendapat Predikat WTP dari BPK RI

Minggu, 12 Januari 2025 - 13:58 WIB

Ketua DPRD Jabar Sebut Dinas Perijinan Satu Pintu Pada Prakteknya Rumit dan Tidak Efisien

Minggu, 12 Januari 2025 - 13:50 WIB

Diundur, Ini Tanggapan DPRD Jabar Terkait Pelantikan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang Tidak Sesuai Jadwal

Minggu, 12 Januari 2025 - 13:43 WIB

Penetapan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Oleh KPU Resmi Disahkan Ketua DPRD Jabar

Minggu, 12 Januari 2025 - 13:37 WIB

Rapat Paripurna DPRD Jabar Penetapan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Terpilih

Jumat, 10 Januari 2025 - 01:24 WIB

Wakil Ketua Komisi V DPRD Jabar Siti Muntamah Berharap Pramuka Jawa Barat Lebih Maju, Transparan dan Akuntabel

Jumat, 10 Januari 2025 - 01:11 WIB

DPRD Provinsi Jabar Menerima Kunjungan Kerja DPRD Bogor Bahas Terkait Pendidikan, Kesehatan dan Ketenagakerjaan

Berita Terbaru

Gbr. Iustrasi  Kasus penembakan yang melibatkan anggota TNI-AL dan pemilik rental mobil.

Jakarta

Premanisme dan Penegakan Hukum di Balik Insiden TNI-AL

Minggu, 12 Jan 2025 - 14:35 WIB