Memanfaatkan Usia Dengan Tafakur, Tadabur dan Tasyakur untuk Peroleh kebahagiaan dan ketenangan Hidup

- Penulis Berita

Minggu, 4 Agustus 2024 - 04:52 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ustadz Prof. Dr.H. Sofyan Sauri. M.Pd, (Guru Besar UPI).

Ustadz Prof. Dr.H. Sofyan Sauri. M.Pd, (Guru Besar UPI).

BandungPunyaBerita. Com, Kota Bandung – Kajian Ahad edisi 4 Agustus 2024, bersama Ustadz Prof. Dr.H. Sofyan Sauri. M.Pd, dengan mengangkat tema kandungan dari isi surah At- Taubah Ayat 129 : Memanfaatkan Sisa Usia dengan Tafakur, Tadabbur, dan Tasyakur dalam Meningkatkan Keimanan dan Ketakwaan.Berikut yang redaksi rangkum.

Landasan Teologis

فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۗ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِࣖ ۝١٢٩

Jika mereka berpaling (dari keimanan), katakanlah (Nabi Muhammad), “Cukuplah Allah bagiku. Tidak ada tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal dan Dia adalah Tuhan pemilik ‘Arasy (singgasana) yang agung.” (QS. At-Taubah : 129).

Lebih lanjut Ust. Sofyan menjelaskan tentang Tafsir dari beberapa ulama diantaranya

Dalam Tafsir Al-Muyassar dijelaskan,

Maka apabila kaum musyrikin dan orang-orang munafik tetap berpaling dari keimanan kepada mu (wahai rasul), maka katakanlah kepada mereka, ”cukuplah Allah bagiku, Dia akan memenuhi apa yang menjadi cita-citaku, tiada tuhan yang berhak di sembah kecuali Dia, kepada-Nya lah aku bergantung. Dan kepada-Nya aku serahkan seluruh urusanku, sesungguhnya Dia penolong dan yang akan membantuku. Dia Rabb pemilik arsy yang agung yang merupakan makhluk yang paling besar.”

Selanjutnya dalam Dalam Tafsir Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

Dalam ayat ini disebutkan meraih hal yang bermanfaat dan menghindarkan hal yang bermadharrat.

Disebutan ‘Arsy secara khusus, karena ia merupakan makhluk Allah yang paling besar.

Dan Tafsir as-Sa’di menyebutkan.

“Jika” mereka beriman, maka itu adalah taufik untuk mereka dan jika “mereka berpaling” dari keimanan dan amal, maka tetaplah berjalan di atas jalanmu, teruslah berdakwah dan katakan, “Cukuplah Allah bagiku.” Yakni Allah yang mencukupiku segala apa yang aku perlukan.

“Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia.” Yakni, tiada yang disembah dengan benar selain-Nya.

“Hanya kepada-Nya aku bertawakal.” Yakni aku bersandar dan percaya kepada-Nya dalam meraih apa yang bermanfaat dan menolak apa yang mudarat.

“Dan Dia adalah Rabb yang memiliki Arasy yang agung,” yang merupakan makhluk terbesar, jika Dia adalah Rabb bagi Arasy yang agung yang meliputi seluruh makhluk, maka Dia pasti Rabb bagi makhluk selainnya.

Nilai-Nilai Pendidikan

  1. Mendidik hamba-Nya agar menguatkan keimanan dan ketauhidan kepada Allah.
  2. Mendidik hamba-Nya agar senantiasa meminta pertolongan kepada Allah dalam segala urusan.
  3. Mendidik hamba-Nya agar meningkatkan rasa mahabbah kepada Allah SWT dengan bertawakal dan memohon ampun atas kekhilafannya.
  4. Mengajarkan hamba-Nya agar berakhlak mulia dengan tidak berputus asa, menjaga kesatuan dan persatuan. Senang berdzikir, tafakkur, tadabbur dan tasyakur.

Sementara menurut Ust. Sofyan Makna Tafakur, Tadabbur, dan Tasyakur, adalah sebagai berikut,

Akar kata tafakur adalah fakara – yafkiru – fakran – tafakkuran yang mengandung arti merenung, berpikir, dan mengamati. Tafakur dapat diartikan sebagai kegiatan merenung, berpikir, ataupun mengenang berbagai macam fenomena yang terjadi di alam semesta. Baik itu dari suatu kejadian ataupun dari suatu pengalaman inderawi.

Keutamaan tafakur adalah membuat seseorang semakin mengenal Allah. Orang yang gemar bertafakur akan mengetahui betapa besar kekuasaan Allah, sehingga timbul rasa cinta sekaligus takut kepada Allah. Inilah yang kemudian mendorong seseorang semakin bertakwa kepada-Nya.

Para Ulama mengatakan bahwa tafakur itu ibarat pelita hati, sehingga dapat terlihat baik dan buruk maupun manfaat dan madharat dari segala sesuatu.

Allah berfirman :

اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ ۝١٩٠الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًاۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ۝١٩١

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Mahasuci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka.[QS. Ali Imran : 190-191]

Tadabbur mengandung arti memahami, menghayati, atapun memikirkan.

Al-Alusi dalam tafsirnya Ruh al-Ma’ani menjelaskan, pada dasarnya tadabbur berarti memikirkan secara mendalam kesudahan sesuatu urusan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya. Tadabbur ada dua macam, yaitu :

Tadabbur alam merupakan sarana pembelajaran untuk lebih mengenal Allah SWT yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya.

Tadabur Al-Qur’an bermakna suatu usaha untuk memikirkan, menghayati, dan memahami setiap ayat di dalam Al Quran. Para ulama menjelaskannya sebagai kegiatan merenungkan lafal-lafal Al Quran hingga sampai pada kandungan-kandungan maknanya.

Tasyakur berarti mensyukuri nikmat-nikmat yang Allah berikan. Kemampuan untuk mentasyakuri nikmat Allah merupakan buah dari aktivitas tafakur dan tadabur seseorang.

Menurut para ulama, bersyukur kepada Allah berarti mengakui dan menunjukkan adanya nikmat Allah dalam dirinya. Bersyukur bisa diungkapkan dengan lisan, maupun lewat hati.

Dengan bersyukur, orang akan dengan lapang dada dan ikhlas menerima apa yang terjadi.

Dengan rajin bertafakur, bertadabbur, dan bertasyakur setiap muslim akan memperoleh kebahagiaan dan ketenangan dalam hidupnya.

Syekh Ibnu Athaillah dalam Al-Hikam-nya menyebutkan :

“Salah satu tanda kematian batin adalah ketiadaan rasa sedih pada dirimu atas perbuatan taat yang luput dan ketiadaan rasa sesal atas kesalahan yang kaulakukan.”

Bencana terbesar dalam hidup bermula disebabkan tidak merasa cukup bersama Allah SWT. Awal dari semua ketangguhan dan martabat kehormatan adalah merasa cukup bersama Allah SWT.

Umur yang Allah berikan kepada kita tidak ada satu orangpun yang mengetahui berapa lama lagi umur kita hidup di dunia ini karena hal tersebut merupakan hak Allah kepada setiap mahluk-Nya.

Salah satu upaya yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan dan merawat kualitas iman adalah dengan tafakur, tadabbur dan tasyakur.

Kita harus memanfaatkan usia yang telah Allah berikan dengan sebaik-baiknya karena usia umat Nabi Muhammad Saw sekitar 60 sampai 70 tahun.

Rasulullah Saw bersabda :

أعْمَارُ أمَّتِـي مَا بَيْنَ السِّتِّيْنَ إِلَى السَّبْعِيْنَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذلِكَ

“Umur-umur umatku antara 60 hingga 70, dan sedikit dari mereka yang melebihi itu.” (HR At-Tirmidzi)

Janganlah kita terperangkap oleh dunia yang fana sehingga tidak memanfaatkan usia yang Allah berikan.

Rasulullah Saw bersabda :

وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {كُنْ فِى الدُّنْيَا كَأنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْعَابِر سَبِيْلٍ وَعُدَّ نَفْسَكَ مِنْ أَهْلِ الْقُبُوْرِ}“

Dari Ibnu ‘Umar RA, Rasulullah SAW bersabda: “Jadilah di dunia seperti kamu mengembara atau berjuang di jalan Allah dan anggaplah dirimu (termasuk) dari ahli kubur,” (HR Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah)

Banyak  orang yang menghabiskan waktu malam dan siang mereka dengan bergelimang dalam kemaksiatan dan melanggar perintah-perintah Allah. Karena ia telah menjadi budak syahwat, hawa nafsu dan setan yang menggoda dan menyeretnya ke dalam kesesatan, kemaksiatan. Dua realita inilah yang diisyaratkan dalam hadis Abu Malik al-Haris al-Asy‘ari ra, ia berkata:

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ: اَلطُّهُوْرُ شَطْرُ اْلإِيْمَانِ، وَالْحَمْدُ ِللهِ تَمْلَأُ الْمِيْزَانَ، وَسُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ ِللهِ تَمْلَأۤنِ  (أَوْ تَمْلَأُ) مَا بَيْنَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ، وَالصَّلاَةُ نُوْرٌ، وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ، وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ، وَالْقُرْءَانُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْعَلَيْكَ. كُلُّ النَّاسِ يَغْدُوْ، فَبَائِعٌ نَفْسَهُ، فَمُعْتِقُهَا أَوْمُوْبِقُهَا (رَوَاهُ مُسْلِمٌ)

Artinya :

“Rasulullah Saw bersabda: “Bersuci itu bagian dari iman, ucapan Alhamdulillâh memperberat timbangan (kebaikan), ucapan Subhanallah dan ucapan Alhamdulillah memenuhi ruangan antara langit dan bumi, salat adalah nur (cahaya), shadaqah adalah burhan “bukti nyata”, sabar adalah pelita dan Al-Qur’an adalah “hujjah” argumen yang membela atau menuntutmu. Semua orang berusaha. Ia pertaruhkan (menjual) dirinya. Apakah ia akan membebaskan dirinya ataupun menghancurkannya. (HR. Muslim, hadis no. 223)

Sebagai umat Islam hendaknya dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi hari penghakiman tersebut. Setidaknya ada beberapa perkara yang akan dipertanyakan kala di akhirat nanti maka kita bisa memperbaikinya dengan menghisab lebih awal di dunia. Rasulullah Saw bersabda:

لَا تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ جَسَدِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ مَاذَا عَمِلَ فِيْهِ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ (رَوَاهُ ابْنُ حِبَّانَ وَالتِّرْمِذِيُّ)

Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak dari tempat hisabnya pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai 4 hal: (1) umurnya, untuk apakah ia habiskan, (2) jasadnya, untuk apakah ia gunakan, (3) ilmunya, apakah telah ia amalkan, (4) hartanya, dari mana ia peroleh dan dalam hal apa ia belanjakan. (HR Ibnu Hibban dan at-Tirmidzi).

Cara Memanfaatkan Sisa Usia dengan Tafakur, Tadabbur, dan Tasyakur dalam Meningkatkan Keimanan dan Ketakwaan.

  1. Memberikan hak bagi mata untuk beribadah

Rasulullah Saw bersabda :

أَعْطُوْا أَعْيُنَكُمْ حَظَّهَا مِنَ الْعِبَادَةِ. قَالُوْا يَارَسُوْلَ اللهِ وَمَاحَظُّهَا مِنَ الْعِبَادَةِ؟ قَالَ النَّظْرُ فَي الْمُصْحَفِ وَالتَّفَكُّرُ فِيْهِ وَالْإِعْتِبَارُ عِنْدَ عَجَائِبِهِ

“Berikanlah hak mata untuk beribadah. Para sahabat lalu bertanya, ‘Apakah ibadah bagian mata itu?’ Nabi menjawab, ‘Melihat (membaca) al-Qur’an dan memikir isinya serta ambillah pelajaran dari keajaiban isi Al-Qur’an.’”  (HR Zaid bin Aslam)

  1. Senantiasa bersyukur atas segala nikmat

Allah SWT berfirman :

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ ۝٧

(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.”  (QS. Ibrahim : 7)

  1. Senantiasa memperhatikan kebesaran Allah pada diri sendiri

Allah SWT berfirman :

وَفِيْٓ اَنْفُسِكُمْۗ اَفَلَا تُبْصِرُوْنَ ۝٢١

(Begitu juga ada tanda-tanda kebesaran-Nya) pada dirimu sendiri. Maka, apakah kamu tidak memperhatikan?  (QS. Adz-Dzariyat : 21)

  1. Memperbaiki Amalan

Rasulullah Saw bersabda :

يَا رَسُولَ اللهِ مَنْ خَيْرُ النَّاسِ قَالَ : مَنْ طَالَ عُمرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ

’’Wahai Rasulullah, siapakah sebaik-baik manusia? Beliau menjawab: Orang yang panjang umurnya dan baik amalannya. (HR Tirmidzi)

  1. Banyak menyebut Allah dan nikmat-Nya

Allah SWT berfirman :

وَاَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْࣖ ۝١١

Terhadap nikmat Tuhanmu, nyatakanlah (dengan bersyukur). (QS. Ad-Duha : 11)

  1. Bekerja dengan baik karena Allah

Allah SWT berfirman :

……….اِعْمَلُوْٓا اٰلَ دَاوٗدَ شُكْرًاۗ وَقَلِيْلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُوْرُ ۝١٣

Bekerjalah wahai keluarga Daud untuk bersyukur. Sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang banyak bersyukur. (QS. Saba : 13)

Kisah Teladan.

Abu Darda’ adalah ahli hikmah yang besar di zamannya. Ia adalah sosok yang telah dikuasai oleh kerinduan yang amat besar untuk melihat hakikat dan menemukannya. Ia menyerahkan diri secara bulat kepada Allah, berada di jalan lurus hingga mencapai tingkat kebenaran yang teguh.

Pernah ibunya ditanyai orang tentang amalan yang sangat disenangi Abu Darda’. Sang ibu menjawab, “Tafakur dan mengambil i’tibar (pelajaran).”

Pada saat memeluk Islam dan berbaiat pada Rasulullah Saw, Abu Darda’ adalah seorang saudagar kaya yang berhasil di antara para saudagar kota Madinah. Dan sebelum memeluk Islam, ia telah menghabiskan sebagian besar umurnya dalam perniagaan, bahkan sampai Rasulullah dan kaum Muslimin lainnya hijrah ke Madinah. Tidak lama setelah memeluk Islam, kehidupannya berbalik arah.

Abu Darda’ sangat terkesan hingga mengakar ke dasar jiwanya dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang berisi bantahan terhadap, “Orang yang mengumpul-ngumpulkan harta dan menghitung-hitungnya.” (QS Al-Humazah: 2-3).

Ia juga sangat terkesan sabda Rasulullah Saw, “Yang sedikit mencukupi, lebih baik daripada yang banyak namun merugikan.”

Oleh sebab itulah, ia kerap menangisi mereka yang jatuh menjadi tawanan harta kekayaan. “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari hati yang bercabang-cabang.”

Orang-orang bertanya, “Apakah yang dimaksud dengan hati yang bercabang-cabang itu?”

“Memiliki harta benda di setiap lembah!” jawabnya. Ia mengimbau manusia untuk memiliki dunia tanpa terikat padanya. Itulah cara pemilikan hakiki. Adapun keinginan hendak menguasainya secara serakah, takkan pernah ada kesudahannya. Maka yang demikian adalah seburuk-buruk corak penghambaan diri.

Saat itu ia juga berkata, “Barangsiapa yang tidak pernah merasa puas terhadap dunia, maka tak ada dunia baginya.“

Bagi Abu Darda’, harta hanyalah alat bagi kehidupan yang bersahaja dan sederhana, tidak lebih. Berpijak dari sini, maka manusia hendaknya mengusahakannya dengan cara yang halal, dan mendapatkannya secara sopan dan sederhana, bukan dengan kerakusan dan mati-matian. “Jangan kau makan, kecuali yang baik. Jangan kau usahakan kecuali yang baik. Dan jangan kau masukkan ke rumahmu, kecuali yang baik!”

Menurut keyakinannya, dunia dan seluruh isinya hanya semata-mata pinjaman dan menjadi jembatan untuk menyeberang menuju kehidupan yang abadi.

Pada suatu hari, para sahabat menjenguknya ketika ia sakit. Mereka mendapatinya terbaring di atas hamparan dari kulit. Mereka menawarkan kepadanya agar kulit itu diganti dengan kasur yang lebih baik dan empuk.

Tawaran ini dijawabnya sambil memberi isyarat dengan telunjuknya, sedangkan kedua bola matanya menatap jauh ke depan.

“Kampung kita nun jauh di sana, untuknya kita mengumpulkan bekal. Dan ke sana kita akan kembali. Kita akan berangkat kepadanya dan beramal untuk bekal di sana.”

Demikian Kajian Ahad untuk edisi 4 Agustus bersama Ustadz. Prof. Dr. H. Sofyan Sauri.M.Pd. Semoga bermanfaat.

Tutup.

Do’a

اَللّهُمَّ اجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِيْ فِي كُلِّ خَيْرٍ وَالْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ

“Ya Allah, jadikanlah kehidupan ini sebagai nilai tambah bagiku dalam semua kebaikan, dan jadikanlah kematian sebagai peristirahatan bagiku dari segala kejahatan.” (HR. Muslim)

 

Editor: Beny

Berita Terkait

Mau Tukar Uang Baru Jelang Lebaran ? Ini Lokasi Terdekat Tanpa Harus Antri
Penting ! Zakat Fitrah Tahun 2025 Telah Ditetapkan BAZNAS Jabar, Ini Besarannya
Diresmikan Presiden Prabowo, Kini GBLA Menjadi Stadion Bertaraf Internasional
Wakil Wali Kota Bandung Ajak Masyarakat Lengkong Amalkan Al-Qur’an
Festival Edukasi Warga Bandung, Chef Juna Berbagi Resep Takjil Sehat Bersama Nutrijell
Ini Etika Bagi yang Menjalankan Ibadah Puasa, Ibadah Puasa Tidak Sekedar Runitas Tanpa Makna
Pemkot Bandung Menjaring 64 Orang Pemulung, Gelandangan dan Tunasusila Untuk Mendapat Layanan Rehabilitasi Sosial
Hati- Hati, 5 Prilaku Ini Akibatkan Hilangnya Pahala Puasa
Tag :

Berita Terkait

Rabu, 19 Maret 2025 - 05:08 WIB

Tim Penggerak PKK Pemkot Bandung 2025- 2030 Resmi Dilantik, Ini Pesan Wali Kota Bandung

Selasa, 18 Maret 2025 - 07:27 WIB

Usia Tak Menyurutkan untuk Belajar Al-Quran, Wakil Wali Kota Bandung Mengapresiasi Semangat Warga Pasirkaliki yang Masih Mau Belajar Al-Quran

Senin, 17 Maret 2025 - 15:18 WIB

Festival Edukasi Warga Bandung, Chef Juna Berbagi Resep Takjil Sehat Bersama Nutrijell

Senin, 17 Maret 2025 - 07:52 WIB

Banjir di Babakan Ciamis Akibatkan Beberapa Rumah Alami Kerusakan, Wali Kota Bandung Sebut Keselamatan Warga Menjadi Prioritas

Senin, 17 Maret 2025 - 05:42 WIB

Masyarakat Wajib Tahu Perda Nomor 10 Tahun 2024 yang Mengatur Tentang Ini

Senin, 17 Maret 2025 - 04:48 WIB

Bertemu Sahabat Lama, Wali Kota Bandung Hadiri Takjil On The Street di Masjid Lautze 2

Minggu, 16 Maret 2025 - 04:13 WIB

Banjir Kembali Rendam Pemukiman Dibeberapa Kawasan, Wali Kota Bandung Terjun Langsung Kelokasi Terdampak Banjir

Minggu, 16 Maret 2025 - 04:04 WIB

Antisipasi Bencana Banjir, Wali Kota Bandung Himbau Warga Waspada Bencana

Berita Terbaru

Ketua KKIP. Jenderal TNI (Purn) Prof. Dr. Dudung Abdurachman, S.E., M.M, saat menghadiri Rapat Koordinasi Nasional Desa Tahun 2025, di Bidakara Jakarta, Selasa (18/3/2025).

Jakarta

Rakornas Desa 2025 Resmi Dibuka Dudung Abdurrachman

Rabu, 19 Mar 2025 - 05:30 WIB