BandungPunyaBerita. Com, Kota Bandung – Kajian Ahad, 20 Oktober 2024 bersama Ust. Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd, 17 Rabiul Tsani 1446 H “Penguatan Pondasi Pendidikan Keluarga sebagai Pendidikan Pertama dan Utama Sejak Usia Dini dalam Perspektif Al-Qur’an”
Kajian Surah An-Nisa Ayat 9 : َلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا
Artinya :
Hendaklah merasa takut orang-orang yang seandainya (mati) meninggalkan setelah mereka, keturunan yang lemah (yang) mereka khawatir terhadapnya. Maka, bertakwalah kepada Allah dan berbicaralah dengan tutur kata yang benar (dalam hal menjaga hak-hak keturunannya).
(QS. An-Nisa : 9)
Asbabunnuzul
Mujahid Ra, Menjelaskan, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan permintaan Sa’ad bin Abi Waqqash Ra., yang suatu saat sedang sakit keras, kepada Rasulullah Saw.
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa tatkala Rasulullah Saw datang menjenguk Sa’ad bin Abi Waqqash yang sedang sakit, bertanyalah Sa’ad kepadanya: “Ya Rasulullah, saya mempunyai harta dan hanya putriku satu-satunya yang akan mewarisiku, dapatkah kusedekahkan dua pertiga kekayaanku?”
Jawab Rasulullah, “Jangan.” Dan kalau separuh, bagaimana? tanya Sa’ad lagi. “Jangan.” Jawab Rasulullah Saw. Dan kalau sepertiganya, bagaimana ya Rasulullah?” tanya Sa’ad lagi. Rasulullah menjawab, “Sepertiga pun masih banyak.’’
Kemudian Beliau bersabda:
اِنَّكَ اَنْ تَذَرَوَرَثَتَكَ اَغْنِيَاءَخَيْرٌمِنْ اَنْ تَذَرَهُمْ عَا لَةً يَتَكَفَّفُونَ النَّاسَ
“Sesungguhnya lebih baik meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya daripada meninggalkan mereka dalam keadaan miskin yang meminta-minta”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Diriwayatkan bahwa Ibnu Abbas berkata, “Sepatutnya orang turun dari sepertiga ke seperempat (mengenai wasiat), karena Rasulullah telah bersabda bahwa sepertiga pun banyak”. (Ahmad Hatta daam Tafsir Qur’an Perkata, 2009, Hal: 78)
Interpretasi Para Mufasir
- Dalam Tafsir Al-Mukhtashar
Dan hendaklah merasa takut orang-orang yang sekiranya mereka mati dan meninggalkan anak-anak yang masih kecil lagi lemah serta dikhawatirkan akan terlantar. Maka seharusnya mereka bertakwa kepada Allah dalam mengurus anak-anak yatim yang berada di bawah perwaliannya dengan tidak menzalimi mereka, agar setelah mereka mati, Allah menyediakan orang yang mau berbuat baik kepada anak-anak mereka sebagaimana mereka berbuat baik kepada anak-anak yatim tersebut.
- Dalam Kitab Tafsir Al-Wajiz
Dan sebaiknya orang yang pemberi wasiat itu takut menzalimi anak-anak yatim, sebagaimana mereka mengkhawatirkan anak-anak mereka dizalimi setelah mereka wafat.
Sebaiknya para pemberi wasiat itu bersimpati dan memberi anak-anak yatim itu kasih sayang yang diberikan untuk anak-anak mereka sendiri. Sebaiknya juga mereka bertakwa kepada Allah dalam urusan itu dengan menjaga dan mengembangkan harta anak-anak yatim itu, serta berkata kepada mereka dengan perkataan yang benar, adil, dan lemah lembut seperti “wahai anakku” sehingga membuat mereka nyaman.
- Dalam Kitab Tafsir Aisarut Tafasir
Pelajaran dari ayat :
- Wajibnya memberikan arahan dan nasihat bagi orang yang menyaksikan penyampaian wasiat hingga tidak terjadi kecurangan.
- Wajib bagi orang yang mengkhawatirkan anak-anaknya untuk berbuat lurus kepada anak-anak orang lain dan Allah yang mencukupi kebutuhan mereka.
Nilai-nilai Pedagogis
- Tanggung Jawab Orang Tua dalam Pendidikan Anak
Ayat ini menekankan bahwa orang tua memiliki tanggung jawab besar dalam mendidik anak-anak mereka. Pendidikan ini mencakup tidak hanya aspek materi, tetapi juga aspek spiritual, moral, dan sosial. Orang tua harus berupaya membekali anak-anak dengan nilai-nilai yang kuat, sehingga mereka tidak menjadi “lemah” dalam iman, akhlak, dan kemampuan menghadapi tantangan kehidupan.
- Pendidikan Sebagai Bentuk Takwa
Orang tua didorong untuk bertakwa kepada Allah dalam menjalankan tanggung jawab mendidik anak-anak. Takwa dalam pendidikan berarti mengarahkan anak-anak kepada pemahaman agama yang benar, pengamalan akhlak mulia, serta kesiapan untuk menjadi pribadi yang mandiri dan bermanfaat di masyarakat. Pendidikan anak bukan hanya tentang pencapaian duniawi, tetapi juga tentang persiapan spiritual untuk kehidupan akhirat.
- Pendidikan Keluarga Sebagai Pendidikan Utama
Dalam perspektif Al-Qur’an, pendidikan keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama yang diterima oleh anak. Nilai-nilai dasar seperti keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, serta etos kerja dan disiplin, seharusnya ditanamkan dalam keluarga sejak dini. Pondasi pendidikan keluarga ini sangat penting karena anak-anak lebih mudah menyerap dan meniru apa yang mereka lihat dari orang tua.
- Keberlanjutan Generasi
Ayat ini juga menekankan pentingnya memperhatikan keberlanjutan generasi. Orang tua diingatkan untuk mempersiapkan anak-anak agar mampu menjadi generasi yang kuat, baik secara fisik, mental, maupun spiritual. Pendidikan yang baik di dalam keluarga akan membentuk karakter anak, sehingga mereka bisa menjadi pemimpin yang bertanggung jawab di masa depan.
Pendidikan Keluarga
Syaikh Shaleh al-Fauzan dalam kitab “Makaanatul mar-ati fil Islam” mengatakan bahwa Ibu adalah sebuah madrasah (tempat pendidikan) yang jika kamu menyiapkannya Berarti kamu menyiapkan (lahirnya) sebuah masyarakat yang baik budi pekertinya.
Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin berkata, “Sesungguhnya kaum wanita memiliki peran yang agung dan penting dalam upaya memperbaiki (kondisi) masyarakat.
Peran seorang ibu harus didampingi dengan seorang ayah yang lemah lembut kepada istri dan anak-anak serta taat kepada Allah agar rumah tangganya harmonis dan rukun sehingga seorang ayah dapat merangkul anak-anaknya dengan baik dan senantiasa memberikan teladan.
Orang tua itu memiliki keutamaan dalam mendidik anaknya dari pada bersedekah. Ini menandakan bahwa mendidik anak itu penting dan utama bagi orangtua.
Rasulullah Saw bersabda :
وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {لِأنْ يُؤَدِّبَ الرَّجُلُ وَلَدَهُ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أنْ يَتَصَدَّقَ بِصَاعٍ}.
Nabi Saw bersabda: “Seseorang mendidik anaknya itu lebih baik baginya dari pada ia menshadaqahkan (setiap hari) satu sha.” (HR At-Tirmidzi)
Mengapa Pendidikan Keluarga Sejak Usia Dini itu penting ?
- Agar keluarga selamat di dunia dan akhirat
Allah berfirman :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At-Tahrim : 6)
- Mendidik anak dan membahagiakannya memiliki keutamaan dasyat yaitu dipersiapkan rumah kebahagiaan di surga.
Rasulullah Saw bersabda :
وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {إِنَّ فِى الْجَنَّةِ دَارًا يُقَالُ لَهَا دَارُ الْفَرَحِ لَا يَدْخُلُهَا إِلاَّ مَنْ فَرَّحَ الصِّبْيَانَ}.
Nabi Saw bersabda: “Sungguh di dalam surga itu ada rumah yang disebut rumah kebahagiaan yang tidak dimasuki kecuali orang yang membahagiakan anak-anak kecil.”
(HR Abu Ya’la dari Aisyah RA)
- Doa anak saleh akan mengangkat derajat orang tuanya baik di dunia maupun kelak di akhirat
Rasulullah Saw bersabda :
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَرْفَعُ الدَّرَجَةَ لِلْعَبْدِ الصَّالِحِ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُولُ يَا رَبِّ أَنَّى لِي هَذِهِ فَيَقُولُ بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ
“Sesunguhnya Allah ta’ala akan mengangkat derajat seorang hamba yang shalih di surga. Kemudian dia akan berkata, “Wahai Rabb-ku, bagaimana hal ini bisa terjadi padaku? Maka Allah menjawab, “Hal itu dikarenakan do’a yang dipanjatkan anakmu agar kesalahanmu diampuni.” (HR. Ahmad: 10618. Hasan).
Penguatan Pondasi Pendidikan Keluarga sebagai Pendidikan Pertama dan Utama
- Orang tua harus senantiasa mendidik akidah dan tauhid anak-anaknya
Allah berfirman :
وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.” (QS. Al-Araf : 172)
- Senantiasa mengajarkan ilmu agama dari sejak di dalam kandungan hingga dewasa agar menjadi hamba yang bersyukur dan taat kepada Allah.
Allah berfirman :
وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْـًٔاۙ وَّجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur. (QS. An-Nahl : 78)
- Orang tua harus memberikan pelajaran kehidupan kepada anaknya dengan penuh kelembutan
Allah berfirman :
وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.
(QS. Luqman : 13)
Rasulullah Saw bersabda :
إِنَّالرِّفْقَ لاَيَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَ عُ مِنْ شَيءٍ إِلاَّ شَانَهُ
“Sungguh, segala sesuatu yang dihiasi kelembutan akan nampak indah. Sebaliknya, tanpa kelembutan segala sesuatu akan nampak jelek”.
(HR. Muslim)
- Orang tua harus mendidik dengan memuliakan anak-anaknya dengan mengajari tatakrama dari sejak dini.
Rasulullah Saw bersabda :
وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {أَكْرِمُوا أَوْلَادَكُمْ وَأَحْسِنُوا آدَابَهُمْ}.
Nabi Saw bersabda: “Muliakanlah anak-anak kalian dan ajarilah mereka tata krama.”
(HR Ibnu Majah)
Rasulullah Saw juga bersabda :
قَالَ النَّبِيُّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدَهُ أَفْضَلَ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ}.
Nabi Saw bersabda: “Tidak ada pemberian seorang ayah untuk anaknya yang lebih utama dari pada (pendidikan) tata krama yang baik.”
(HR. At-Tirmidzi dan Al-Hakim)
- Orang tua harus mendidik agar anak-anak melaksanakan salat dan sabar
Allah berfirman :
وَأْمُرْ اَهْلَكَ بِالصَّلٰوةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَاۗ لَا نَسْـَٔلُكَ رِزْقًاۗ نَحْنُ نَرْزُقُكَۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوٰى
Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa. (QS. Thaha : 132)
Rasulullah Saw bersabda :
مُـرُوْا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّـلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا، وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ، وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
“Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur 7 tahun, dan kalau sudah berusia 10 tahun meninggal-kan shalat, maka pukullah ia. Dan pisahkanlah tempat tidurnya (antara anak laki-laki dan anak wanita).”
(HR. Abu Dawud)
- Mengingatkan agar anak-anak senantiasa berdzikir kepada Allah
Allah berfirman :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ اَمْوَالُكُمْ وَلَآ اَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ ۚوَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.
(QS. Al-Munafiqun : 9)
KISAH TELADAN
Kisah teladan pola asuh Siti Hajar kepada Nabi Ismail As, dapat kita temui awal mula beliau ditempatkan oleh Nabi Ibrahim As di lembah tandus yang gersang bahkan tidak ada air sedikirpun.
Sambil berderai air mata, Siti Hajjar menanyakan kepada Nabi Ibrahim, apakah tindakannya mengajak ke padang tandus tersebut merupakan perintah Allah. Nabi Ibrahim menjawab “benar”, maka dia dengan tulus dan sabar menuruti perintah tersebut.
Selain ketabahannya dalam menjalankan perintah Allah dan suaminya, hal lain yang patut diteladani dari Siti Hajjar adalah cara mendidik anak dan pola asuhnya. Berkat pola asuh yang berkualitas, Ismail tumbuh menjadi anak yang sangat berkualitas.
Ismail tumbuh menjadi anak yang taat pada Allah, saleh, berbakti pada orang tua, cerdas, memiliki akhlak yang bagus, serta memiliki keberanian dan rela berkorban yang luar biasa. Cara Siti Hajjar mendidik anak :
- Ditempatkan di Lingkungan yang Baik
Ismail dibesarkan dalam lingkungan yang penuh dengan nilai-nilai Islam yang kental. Lingkungan yang penuh dengan nilai spiritual tersebut, membuat Ismail tumbuh menjadi pemuda yang taat terhadap Allah.
- Mengajarkan Taat kepada Allah
Pendidikan pertama yang diajarkan Siti Hajjar kepada Ismail adalah ketaatan kepada penciptanya yaitu Allah. Ketaatan Ismail yang luar biasa dibuktikan saat dia dengan ikhlas dan gagah berani bersedia untuk disembelih ayahnya karena perintah Allah.
- Membentuk Pribadi yang Disayangi Sesama
Strategi kedua yang diajarkan Siti Hajjar dalam mendidik anak adalah mengajarkan kepada Ismail bagaimana menjadi pribadi yang menyenangkan sehingga disukai dan disayangi oleh sesama manusia. Oleh karena itu, Ismail tumbuh menjadi anak yang sangat berbakti dan menghormati orang tua. Dia juga sangat peduli pada lingkungan dan masyarakat di sekitarnya.
- Mendidik Anak Pandai Mensyukuri Nikmat
Siti Hajjar mendidik Ismail agar menjadi pribadi yang pandai mensyukuri nikmat. Sekecil apapun anugerah yang diberikan Allah akan terasa nikmat jika disyukuri.
Demikian beberapa teladan dalam mendidik anak yang telah dilakukan Siti Hajjar dalam mendidik Ismail.
DOA
رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَّلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِۗ وَلَا تَزِدِ الظّٰلِمِيْنَ اِلَّا تَبَارًا ࣖ
Ya Tuhanku, ampunilah aku, ibu bapakku, dan siapa pun yang memasuki rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kehancuran.”
(QS. Nuh : 28)
Thank You
شكرا جزيلا
Editor : Shellynov