GOR Saparua merupakan salah satu tempat olahraga yang menjadi favorit warga Bandung. Tempat olah raga ini terlihat menjadi lebih rapi dan nyaman dibandingkan sebelumnya karena sudah tidak ada lagi para PKL yang berjualan di sekitar trotoar di kawasan tersebut. Para PKL ini disediakan tempat khusus untuk berjualan di dalam kawasan GOR Saparua, dan mereka menempati tempat baru ini mulai 1 Januari 2020.
Salah satu PKL, Arif Ogo mendukung adanya penataan PKL ini dan mengungkapkan bahwa ada perubahan yang dirasakan terkait penataan tersebut terutama dalam hal sarana dan prasarana.
“Kita sekarang sudah enak di sini, nggak perlu bongkar pasang tenda, nyaman di sini. Terus, enaknya sekarang kita sama-sama dengan pedagang di dalam, nyamannya anginnya nggak terlalu kencang. Kalau hujan gede, waktu di trotoar, kita dari depan dan belakang kena, basah kuyup soalnya pakai tenda,” ungkapnya saat berbincang di kawasan GOR Saparua, Senin (6/1/2020).
Arif juga mengungkapkan bahwa adanya kemudahan dalam hal kebutuhan air dan listrik setelah berpindah tempat.
“Kita berterima kasih untuk sarana dan prasarana yang jadi lebih baik. Sekarang lebih nyaman dan bagus,” ucap Arif.
PKL lainnya, Gunarto juga mengungkapkan bahwa ia berterimakasih dan sangat mengapresiasi adanya penataan PKL ini.
“Kita sangat bersyukur bisa direlokasi ke tempat yang lebih nyaman, setidaknya ini ada perhatian dari pihak pemerintah. Kita tinggal menjaganya untuk lebih baik daripada berjualan di luar, karena sudah diberi kepercayaan oleh pihak pemerintah,” ujarnya.
Ia menambahkan, di tempat PKL ini juga diberlakukan shift berjualan, untuk pagi mulai pukul 06.00 sampai pukul 15.00 WIB atau maksimal pukul 16.00 WIB, dan untuk malam mulai pukul 16.00 sampai pukul 01.00 WIB.
“Untuk penjualan belum ada perubahan karena masih beberapa hari, tapi harapannya mudah-mudahan bisa lebih baik karena tempatnya nyaman, nggak kaya di luar yang hiruk pikuk sama pejalan kaki karena trotoar memang hak pejalan kaki,” katanya.
Menurut Gunarto, perbedaan yang dirasakan setelah berpindah tempat ialah menyangkut masalah kebersihan, karena di tempat baru ini para PKL lebih bertanggungjawab terhadap kebersihan dibandingkan saat berjualan di trotoar.
“Karena baru beberapa hari mungkin masih belum ada aturan PKL, belum ada musyawarah semua PKL aturannya seperti apa tentang masalah sampah dan hal-hal lain, belum ada ketetapan. Cuma begitu selesai berjualan, ya tanggung jawab masing-masing dibawa sendiri dulu. Untuk ke depannya kalau memang sudah ada kesepakatan, mungkin kita juga harus melibatkan orang lain misalnya dari pihak penampungan sampah,” ungkapnya.
Gunarto juga berharap, meskipun nantinya melibatkan pihakluar, namun para PKL ini tetap harus bertanggungjawab terhadap kebersihan tempat. Ia mengungkapkan, bahwa ketika para PKL masih berjualan di trotoar, mereka kurang bertanggung jawab terhadap kebersihan karena merasa sudah membayar untuk pembersihan sampah.
“Inti utama itu kebersihan, biar nyaman. Kalau di sini sudah kelihatan, mudah-mudahan seterusnya seperti ini. Jadi kita yang shift pagi mau di tempatin sama yang shift malam, kita harus bersih steril lagi. Begitu pula sebaliknya, yang malam mau ditempatin sama yang pagi harus steril lagi,” pungkasnya.
Sementara itu, Yogi dan Apri sebagai konsumen juga mengungkapkan pendapat bernada positif terkait penataan PKL ini.
“Buat tempat makannya bagus sih, lebih tertata dan lebih rapi. Tinggal dikelola aja gimana cara mengolah sampahnya, biar bisa diolah lagi untuk mengurangi sampah yang nggak terpakai, pengolahannya lebih baik lagi,” ujar Apri.
Apri juga menyarankan untuk memperbanyak tempat sampah supaya bisa lebih rapi.
“Tambahannya paling dari kamar mandinya. Dulu kita agak susah nyari kamar mandi meskipun ada di bawah, tapi di sini keliatannya lebih rapi dan bersih. Terus dibikin lebih menarikya orang untuk datang ke sini, lebih nyaman dan jadi lebih betah di sini,” kata Yogi.