”Refleksi Nilai-Nilai Ibadah Haji dan Ibadah Kurban sebagai Upaya Menguatkan Kesalehan Individual dan Sosial”

- Penulis Berita

Minggu, 23 Juni 2024 - 04:33 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

BandungPunyaBerita.Com, Kota bandung – Kajian Ahad bersama Ust. Prof. Dr. H. Sofyan Sauri. M.Pd, kali ini yaitu tentang isi dari  Surah At-Taghabun Ayat 16 yaitu:

فَاتَّقُوا اللّٰهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوْا وَاَطِيْعُوْا وَاَنْفِقُوْا خَيْرًا لِّاَنْفُسِكُمْۗ وَمَنْ يُّوْقَ شُحَّ نَفْسِهٖ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ ۝١٦

Artinya: Bertakwalah kamu kepada Allah sekuat kemampuanmu! Dengarkanlah, taatlah, dan infakkanlah harta yang baik untuk dirimu! Siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, mereka itulah orang-orang yang beruntung.

(QS. At-Taghabun : 16).

Berikut Penjelan yang dihimpun redaksi BandungPuber. Com.

Lebih lanjut Ust, Sofyan menjelaskan tentang Interpretasi Para Mufasir :

Dalam Tafsir Al-Wajiz dijelas,

Dalam menjalani hidup dan kehidupan ini, Allah memberikan bimbingan. Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu, karena Allah tidak membebani manusia kecuali sesuai dengan kesanggupannya; dan dengarlah ayat-ayat Allah, serta taatlah kepada-Nya; dan infakkanlah harta kamu yang baik, yaitu yang diperoleh dengan cara yang halal kepada fakir miskin, karena infak itu hakikatnya untuk diri kamu bekal di akhirat. Dan barang siapa dijaga dirinya dari kekikiran dengan membiasakan diri sejak kecil menjadi dermawan; mereka itulah orang-orang yang beruntung karena baik dan benar dalam mengelola harta yang dititipkan Allah kepada mereka.

Sementara Dalam Tafsir Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an,

Allah Subhaanahu wa Ta’aala memerintahkan untuk bertakwa kepada-Nya sesuai dengan kemampuan. Ayat ini menunjukkan bahwa setiap kewajiban yang seorang hamba tidak dapat melakukannya, maka kewajiban itu gugur darinya, dan bahwa jika seseorang mampu melakukan sebagian perintah dan tidak bisa melakukan sebagian lagi, maka yang bisa ia lakukan dilakukannya dan yang tidak bisa maka gugur darinya sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apabila aku memerintahkan suatu perintah, maka lakukanlah sesuai kesanggupanmu.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

«وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ» “Sedekah itu bukti”  (HR. Muslim no. 223)

Dalam hadis ini disebutkan bahwa sedekah adalah bukti, yaitu bukti bahwasanya seseorang telah beriman dengan cara berinfak. Lagi pula untuk apa seseorang menyimpan hartanya banyak banyak? karena ketika dia meninggal dia tidak dapat membawa hartanya. Namun bukan berarti kita harus menginfakkan seluruh harta kita, akan tetapi kita diperintahkan untuk menginfakkan sebagian saja dari harta kita di jalan Allah, dan ini adalah kebaikan untuk diri kita sehingga Allah berfirman “itu lebih baik untuk kalian”, maksudnya apa yang kalian infakkan bukan untuk Allah subhanahu wa ta’ala, akan tetapi infak kalian untuk menjadi bekal kalian di akhirat nanti.

Nilai-Nilai Pendidikan dari isi Surah At-Taghabun Ayat 16 yaitu:

  1. Mendidik menjadi seorang yang bertakwa dan taat atas perintah Allah
  2. Mendidik menjadi hamba Allah yang senang berinfak di waktu luang dan sempit.
  3. Senantiasa melaksanakan perintah Allah sesuai kemampuan hamba-Nya seperti ibadah haji dan kurban.
  4. Mendidik menjadi hamba yang berakhlak mulia, senang berbuat kebaikan dan menghindari sikap kikir.

Selanjutnya Ibadah kurban memupuk kita memiliki empati dan tanggung jawab sosial yang tinggi. Dengan berempati dan bertanggung jawab, kita merasakan denyut penderitaan orang lain, dan sekaligus berusaha untuk mengatasinya. Dengan menjalankan ibadah kurban, kita akan dapat meningkatkan kesalehan sosial.

Secara ruhiyah, ibadah ini bisa menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran ritual dari para pelakunya.

Secara sosial, ibadah kurban akan bermakna apabila kerelaan dan keikhlasan orang-orang yang melaksanakan kurban berimbas pada perilaku keseharian dan perhatiannya pada sesama, utamanya kaum miskin, kaum fakir dan orang yang membutuhkan.

Seseorang  yang melaksanakan ibadah qurban mempunyai tujuan memperoleh cinta Allah dan keridhaan-Nya. Hal ini sebagaimana yang disebutkan oleh nabi dalam salah satu hadisnya, yaitu:

مَا تَقَرَّبَ إِلَىَّ عَبْدِى بِشَىْءٍ أَحَبَّ إِلَىَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ

“Tidaklah seorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada hal-hal yang telah aku wajibkan baginya. Dan tidaklah mendekatkan diri kepada-Ku dengan perbuatan-perbuatan sunah hingga Aku mencintainya.”  (HR Bukhari).

Dari perayaan kurban dan ritualitas haji kita dapat mengambil ibrah bahwa begitu pentingnya umat memupuk kesalehan sosial. Karena pada prinsipnya, sebagai makhluk sosial kita hidup di dunia ini adalah untuk saling membantu dan hidup-menghidupi orang lain. Dalam Islam, memanusiakan manusia adalah prasyarat utama untuk menumbuhkan kesalehan seseorang.

Maka kita sejatinya tidak cukup hanya memupuk kesalehan individual, sementara abai terhadap realitas sosial di sekitar, maka inilah yang seharusnya kita perkuat untuk naik tingkat kepada kesalehan sosial. Karena Islam bukanlah agama individual melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil alamin). Agama yang tidak hanya untuk kepentingan penyembahan dan pengabdian diri pada Allah semata tetapi juga menjadi rahmat bagi semesta alam.

Ibadah Kurban dan Ibadah Haji adalah Syi’ar Allah.

Allah SWT berfirman:

ذٰلِكَ وَمَنْ يُّعَظِّمْ شَعَاۤىِٕرَ اللّٰهِ فَاِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوْبِ

  1. Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya hal itu timbul dari ketakwaan hati. (QS. Al-Hajj : 32).

Rasulullah Saw bersabda :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk rupa kalian dan tidak juga harta benda kalian, tetapi Dia melihat hati dan perbuatan kalian”. (HR. Muslim no. 2564).

Esensi berkurban bukanlah sebatas menyembelih hewan kurban tetapi refleksi dan nilai kedermawanan dan empati terhadap sesama. Bahkan Rasulullah mengancam kepada orang yang mampu tapi tidak berkurban.

Rasulullah bersabda :

مَنْ وَجَدَ سَعَةً فَلَمْ يُضَحِّ فَلا يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا

Barang siapa mendapatkan kelapangan tetapi tidak berqurban, maka janganlah dia mendekati tempat shalat kami.”

(HR. Ahmad dan Ibn Majah).

Releksi Nilai Ibadah Haji dan Kurban dalam upaya meningkatkan kesalehan individual dan sosial

  1. Refleksi nilai ketulusan dan loyalitas

Allah berfirman :

وَمَنْ اَحْسَنُ دِيْنًا مِّمَّنْ اَسْلَمَ وَجْهَهٗ لِلّٰهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَّاتَّبَعَ مِلَّةَ اِبْرٰهِيْمَ حَنِيْفًا ۗوَاتَّخَذَ اللّٰهُ اِبْرٰهِيْمَ خَلِيْلًا

  1. Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang dengan ikhlas berserah diri kepada Allah, sedang dia mengerjakan kebaikan, dan mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah telah memilih Ibrahim menjadi kesayangan(-Nya). (QS. An-Nisa’ : 125).

Rasulullah Saw bersabda :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk rupa kalian dan tidak juga harta benda kalian, tetapi Dia melihat hati dan perbuatan kalian”. (HR. Muslim no. 2564).

  1. Refleksi nilai kedermawanan

Esensi berkurban bukanlah sebatas menyembelih hewan kurban tetapi refleksi dan nilai kedermawanan dan empati terhadap sesama.

Bahkan Rasulullah mengancam kepada orang yang mampu tapi tidak berkurban. Rasulullah bersabda :

مَنْ وَجَدَ سَعَةً فَلَمْ يُضَحِّ فَلا يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا

Barang siapa mendapatkan kelapangan tetapi tidak berqurban, maka janganlah dia mendekati tempat shalat kami.”

(HR. Ahmad dan Ibn Majah).

  1. Refleksi nilai tawakal dan sabar

Allah berfirman :

يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

“Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.  (QS Ash-Shaffât:102).

4.Refleksi nilai jihad

Allah berfirman :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَابْتَغُوْٓا اِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ وَجَاهِدُوْا فِيْ سَبِيْلِهٖ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya, agar kamu beruntung.

(QS. Al-Ma’idah : 35).

5.Refleksi nilai hidayah (petunjuk

Allah berfirman :

وَالَّذِيْنَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَّاٰتٰىهُمْ تَقْوٰىهُمْ

Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah akan menambah petunjuk kepada mereka dan menganugerahi ketakwaan mereka. (QS. Muhammad : 17).

  1. Refleksi nilai persaudaraan

Refleksi nilai  berikutnya dari ibadah haji dan kurban adalah nilai persaudaraan yang terbangun dalam kehidupan sehari-hari.

Allah SWT berfirman :

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ ࣖ

  1. Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat. (QS. Al-Hujurat : 10).
  2. Refleksi nilai pengorbanan sebagai Manifestasi Ketundukan dan Kepasrahan

Allah berfirman : وَالْبُدْنَ جَعَلْنٰهَا لَكُمْ مِّنْ شَعَاۤىِٕرِ اللّٰهِ لَكُمْ فِيْهَا خَيْرٌۖ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ عَلَيْهَا صَوَاۤفَّۚ فَاِذَا وَجَبَتْ جُنُوْبُهَا فَكُلُوْا مِنْهَا وَاَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّۗ كَذٰلِكَ سَخَّرْنٰهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Artinya : Dan unta-unta itu Kami jadikan untuk-mu bagian dari syiar agama Allah, kamu banyak memperoleh kebaikan padanya. Maka sebutlah nama Allah (ketika kamu akan menyembelihnya) dalam keadaan berdiri (dan kaki-kaki telah terikat). Kemudian apabila telah rebah (mati), maka makanlah sebagiannya dan berilah makanlah orang yang merasa cukup dengan apa yang ada padanya (tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami tundukkan (unta-unta itu) untukmu, agar kamu bersyukur. (QS. Al-Hajj : 36).

Al-Ghazali dalam kitabnya “Ihya Ulumuddin” menulis:

الشُّكْرُ هُوَ مِنْ آدَابِ الْعَبْدِ إِلَى رَبِّهِ، وَيُظْهِرُ بِأَعْمَالِ صَالِحَةٍ وَبِالتَّوَزُّعِ عَلَى النَّاسِ

“Rasa syukur adalah bagian dari adab seorang hamba kepada Tuhannya, yang ditunjukkan dengan tindakan nyata dalam bentuk amal saleh dan berbagi dengan sesama.”

Dikisahkan seorang sahabat Rasulullah saw., Sya’ban ra. yang memiliki kebiasaan unik. Dia datang ke masjid sebelum waktu salat berjemaah. Ia selalu mengambil posisi di pojok masjid pada setiap salat berjemaah dan iktikaf.

Alasannya, ia tidak ingin mengganggu atau menghalangi orang lain yang akan melakukan ibadah di masjid. Kebiasaan ini sudah dipahami oleh semua orang, bahkan Rasulullah sendiri.

Pada suatu pagi, saat salat Subuh berjemaah akan dimulai, Rasulullah saw. merasa heran karena tidak mendapati Sya’ban ra. pada posisi seperti biasanya. Rasul pun bertanya kepada jemaah yang hadir, apakah ada yang melihat Sya’ban? Tapi, tidak ada seorang pun yang melihat Sya’ban ra.

Salat Subuh pun sengaja ditunda sejenak untuk menunggu kehadiran Sya’ban. Namun, yang ditunggu belum datang juga. Karena khawatir salat Subuh kesiangan, Rasulullah pun memutuskan untuk segera melaksanakan salat Subuh berjemaah. Hingga salat Subuh selesai pun Sya’ban belum datang juga.

Selesai salat Subuh, Rasul pun bertanya lagi, “Apakah ada yang mengetahui kabar Sya’ban?” Namun tidak ada seorang pun yang menjawab.

Rasul pun bertanya lagi, “Apa ada yang mengetahui dimana rumah Sya’ban?” Seorang sahabat mengangkat tangan dan mengatakan bahwa dia tahu persis di mana rumah Sya’ban.

Rasulullah sangat khawatir terjadi sesuatu terhadap sahabatnya tersebut, sehingga beliau meminta diantarkan ke rumah Sya’ban.  Perjalanan dari masjid ke rumah Sya’ban cukup jauh dan memakan waktu lama terlebih mereka menempuh dengan berjalan kaki.

Akhirnya, Rasulullah dan para sahabat sampai di rumah Sya’ban pada waktu salat Duha (kira-kira 3 jam perjalanan). Sampai di depan rumah Sya’ban, beliau mengucapkan salam dan keluarlah wanita sambil membalas salam.

“Benarkah ini rumah Sya’ban?” tanya Rasulullah.

“Ya benar, ini rumah Sya’ban. Saya istrinya,” jawab wanita tersebut.

“Bolehkah kami menemui Sya’ban ra, yang tidak hadir salat Subuh di masjid pagi ini?” ucap Rasul.

Dengan berlinangan air mata, istri Sya’ban ra. menjawab, “Beliau telah meninggal tadi pagi.”

“Innaalillaahi wainnaailaihi raji’uun,” jawab semuanya.

 

Masyallah, konsisten salat Subuh berjama’ah tanpa absen. Hanya sekali Sya’ban tidak ikut berjemaah bersama Rasulullah, dan penyebabnya adalah karena ajal menjemputnya.

Beberapa saat kemudian, istri Sya’ban ra. bertanya, “Ya Rasulullah, ada sesuatu yang jadi tanda tanya bagi kami semua. Menjelang kematiannya dia berteriak tiga kali dengan masing-masing teriakan disertai satu kalimat. Kami semua tidak paham apa maksudnya”

“Apa saja kalimat yang diucapkannya?” tanya Rasulullah.

“Di masing-masing teriakannya, dia berucap kalimat ‘Aduh, kenapa tidak lebih jauh, aduh, kenapa tidak yang baru, aduh, kenapa tidak semuanya’,” jawab istri Sya’ban.

Rasulullah saw. pun melantunkan ayat yang terdapat dalam Al-Quran surah Qaf ayat 21-22.

“Saat Sya’ban r.a. dalam keadaan sakaratul maut, perjalanan hidupnya ditayangkan ulang oleh Allah Swt. Bukan hanya itu, semua ganjaran dari perbuatannya diperlihatkan oleh Allah Swt. Apa yang dilihat oleh Sya’ban ra. (dan orang yang sakaratul maut) tidak bisa disaksikan yang lain.

Dalam padangannya yang tajam itu, Sya’ban r.a. melihat suatu adegan di mana kesehariannya dia pergi-pulang ke masjid untuk salat berjemaah lima waktu. Perjalanan sekitar 3 jam jalan kaki, tentu bukan jarak yang dekat.

Dalam tayangan itu pula Sya’ban r.a. diperlihatkan pahala yang diperolehnya dari langkah-langkahnya ke masjid,” ujar Rasulullah.

Dia melihat seperti apa bentuk surga yang dijanjikan sebagai ganjarannya. Saat dia melihat itulah, dia berucap “Aduh, kenapa tidak lebih jauh?”. Timbul penyesalan dalam diri Sya’ban. Mengapa rumahnya tidak lebih jauh lagi supaya pahala yang didapatkan lebih indah.

Ternyata oleh Allah Swt., amal unggulan Sya’ban dengan menempuh jarak yang begitu jauh dari rumahnya dicatat sebagai amal cemerlang, sempurna di mata Allah.

Inilah mengapa Sya’ban menuturkan kepada istrinya saat terakhir sebelum wafat, kenapa tidak lebih jauh perjalanan yang kutempuh menuju masjid untuk salat subuh berjemaah apabila ini dicatat sebagai amal terbaik, amal cemerlang.

Demikian Rangkuman Kajian Ahad edisi 23 Juni bersama Ust. Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd. Semoga bermanfaat.

Penutup,

DOA:

رَبَّنَآ اٰمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا وَاَنْتَ خَيْرُ الرّٰحِمِيْنَ ۚ

“Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat, Engkau adalah pemberi rahmat yang terbaik.” (QS. Al-Mu’minun : 109).

 

Editor: Beny

Berita Terkait

Kolaborasi Srikandi PLN, PIKK, dan YBM PLN Ajak Anak-anak Panti Asuhan Baitul Arief Meraih Mimpi
Bagi Pengguna Kendaraan, Fly Over Ciroyom Sudah Bisa Dilintasi
Perhutani Uji Coba Transaksi Cashless Aplikasi Socio Forest Kepada LMDH Di Bandung
Perhutani Bersama DPR RI Tingkatkan Infrastruktur Jalan Wisata di Purwakarta
Perhutani Lakukan Penutupan Diklatsar Saka Wanabakti Di Bandung
Upaya Cegah Lahan Semakin Kritis, Pemkot Bandung Akan Perketat Perizinan Kawasan Bandung Utara
Yod Mintaraga Jelaskan Tentang Peraturan Tentang Tata Tertib DPRD Jabar Kepada Panja Dewan Perwakilan Rakyat Aceh
Mesin Motah- 6 Solusi Atasi Sampah di Kota Bandung
Berita ini 14 kali dibaca
Tag :

Berita Terkait

Senin, 28 Oktober 2024 - 00:42 WIB

Ada yang Baru di Kota Bandung, “Klandestin Space” Arena Seru yang Wajib Dikunjungi

Jumat, 25 Oktober 2024 - 05:39 WIB

Jelang HPN 2024 Forum Serikat Media Siber Indonesi Telah Merancang Berbagai Kegiatan

Jumat, 25 Oktober 2024 - 05:18 WIB

BSD Menjadi Kota Lanjutan PPM Manajemen Kembangkan SDM Bersertifikasi

Rabu, 23 Oktober 2024 - 01:31 WIB

Nyalakan Mimpi Masyarakat Adat di Sukabumi, PLN bantu Sambung Listrik Gratis pada HLN ke-79

Rabu, 23 Oktober 2024 - 01:17 WIB

Isu Poligami dan Narkoba Terhadap Calon Bupati Subang Semakin Memanas

Selasa, 22 Oktober 2024 - 13:17 WIB

Napak Tilas 2 Dekade Gontor Putri 2004: Refleksi dan Inspirasi untuk Masa Depan

Senin, 21 Oktober 2024 - 01:51 WIB

IKPI Cabang Bekasi Gelar Seminar dan Pemilihan Ketua Periode 2024-2029

Rabu, 16 Oktober 2024 - 01:10 WIB

“Premanisme Ancam Kebebasan Pers, Dr. Edi Saputra Minta Polisi Bertindak”

Berita Terbaru

Kegiatan puncak Hari Osteoporosis Nasional 2024 dengan tema

Jakarta

Puncak Peringatan Hari Osteoporosis Nasional 2024 di GBK

Minggu, 27 Okt 2024 - 12:33 WIB

Karyawan PT. New Priok Container Terminal Satu (NPCT1).

Jakarta

Berubah Jadi SP NPCT1, Ini Harapan Para Karyawan

Minggu, 27 Okt 2024 - 12:29 WIB