HERALDJABAR. COM, JAKARTA – Hidangan khas Tegal, Nasi Ponggol dengan cita rasa yang autentik, kini hadir di tengah pusat kuliner, Jalan Sabang, Jakarta Pusat.
Warpong Buan, di Jalan H Agus Salim No.23A Jakarta Pusat ini buka 24 jam untuk melayani para pecinta kuliner berbahan dasar tempe dengan harga terjangkau yang akan membuat lidah terus ingin bergoyang.
Juru Masak Warpong Buan, Rudini Prabowo Hasibuan (Buan) menjelaskan, ponggol yang ditawarkan bercita rasa beda dengan ponggol kebanyakan. Perbedaan ini dapat dilihat dari cara maupun bumbu masak yang ia gunakan.
“Resep ciptaan sendiri. Ponggol itu sebetulnya terbuat dari tempe, di Tegal itu tiap kali orang makan tempe, dibuat supaya lebih enak diolah lagi dengan bumbu rempah-rempah. Dari situ saya mulai belajar bikin resep sendiri. Riset kurang lebih 3 tahun. Gagal, saya olah lagi, akhirnya rasanya sangat luar biasa,” kata Buan, Rabu (28/2/2024).
Selain tempe, ponggol yang ia ciptakan dimasak bersama lemak dan daging sapi. Durasi memasaknya pun tidak bisa dibilang sebentar.
“Dimasak dengan bumbu berbagai macam rempah, bumbu rahasia, kurang lebih 12 jam, jadi per 4 jam berhenti, kemudian dimulai lagi sampai 12 jam. Tiap gigitan pasti berbeda dengan yang lain, supaya diterima semua kalangan,” ujarnya.
Buan menekankan, ia ingin mengangkat ponggol sebagai menu utama di Warpong Buan karena ingin mengangkat makanan tradisional menjadi makanan modern.
Mimpi Buan akhirnya menjadi kenyataan setelah dirinya bertemu dengan CEO ARA Food Philipe Kenneth. Kenneth sangat tertarik dengan ide Buan dan langsung membuka Warpong Buan di kawasan Sabang, Jakarta Pusat.
“Kita sudah sukses di Jalan Sabang dengan Kopi Ko Acung. Kita ketemu juga sama Buan, di mana sisi kita sama, makanya kita jalan bareng untuk mendirikan Warpong Buan ini,” ucap Kenneth.
Kenneth menambahkan, Warpong Buan tidak hanya punya masakan unik. Konsep yang ditawarkan pun juga ramah lingkungan.
“Kita meminimalisir sampah-sampah plastik. Makanya kita bisa lihat mejanya ini warna-warni, meja dan kursi dari sampah plastik daur ulang,” katanya.
Ia menjelaskan, Warpong merupakan singkatan dari Warung Ponggol. Nama warung sengaja dipilih karena masakan yang dijual memiliki harga yang terjangkau.
“Secara harga tujuannya untuk menjangkau, bisa dinikmati semua kalangan. Harga terendah Nasi Ponggol Rp18 ribu. Kalau komplit, ada nasi, tempe, ponggol, bakwan, ayam, dan telur itu ada di Rp40 ribu,” ujarnya.
Kenneth yakin usaha kuliner ini bakalan berkembang pesat, pada beberapa tahun ke depan. Ia bahkan sudah memiliki keinginan untuk membuka cabang di luar negeri.
“Makanya Warpong Buan ini kita dirikan dengan nama PT Warpong Goes to International, karena memang kita kalau ke luar negeri, sayang sekali ga banyak makanan Indonesia yang yang ditawarkan di luar negeri. Padahal sebenarnya makanan kita itu jauh lebih enak, jauh lebih kaya dari negara lain. Malah justru mereka tersebar di mana-mana,” ucap Kenneth.
Konsep ramah lingkungan di Warpong Buan sesungguhnya muncul dari pemikiran Direktur Kampus Ministri Yayasan Akademi Teknik Mesin Industri (ATMI) Cikarang Kristiono Puspo. Pria yang akrab dipanggil Romo Kris ini menjelaskan, konsep ramah lingkungan sebenarnya bukan hanya di meja, maupun kursi di Warpong Buan.
“Hampir semua lukisan yang ada di ruangan ini juga menggunakan konsep ramah lingkungan. Pewarna di lukisan menggunakan plastik yang dilumerkan,” kata Romo Kris. (Yoga).