BandungPuber. Com — Di media sosial sedang ramai terkait narasi tidak boleh keluar rumah pada 21 Desember 2022 karena fenomena solstis.
Menanggapi hal tersebut, Peneliti Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang pun angkat bicara.
Andi mengatakan bahwa solstis adalah fenomena astronomis biasa. Andi menjelaskan solstis berasal dari bahasa Latin Solstitium, yang terdiri dari dua kata, Sol yang bermakna Matahari dan Sitium yang berarti tempat berhenti, singgah atau balik. Sehingga, kata Andi, Solstis dapat disepadankan dengan ‘Titik Balik Matahari’.
“Secara khusus, Solstis dapat didefinisikan sebagai peristiwa ketika Matahari berada paling Utara maupun Selatan ketika mengalami gerak semu tahunannya, relatif terhadap ekuator langit (perpanjangan/proyeksi khatulistiwa Bumi pada bola langit). Solstis terjadi dua kali setahun, yakni di bulan Juni dan bulan Desember,” ungkap Andi seperti yang diunggah akun Instagram @lapan_ri, dikutip Minggu (18/12).
Andi menjelaskan solstis disebabkan oleh sumbu rotasi bumi miring 23,5 derajat terhadap bidang tegak lurus ekliptika atau poros kutub utara dan selatan langit.
Andi pun meluruskan bahwa fenomena solstis tahun ini terjadi pada 22 Desember 2022 bukan 21 Desember 2022.
Andi juga mengatakan bahwa solstis berdampak langsung pada lamanya waktu siang dan malam.
“Secara umum, solstis berdampak pada gerak semu harian Matahari ketika terbit, berkulminasi dan terbenam; intensitas radiasi Matahari yang diterima permukaan Bumi; kemudian berdampak pada panjang siang dan panjang malam; serta berdampak ke pergantian musim,” jelasnya.
Andi juga mengatakan bahwa narasi soal dampak berbahaya solstis tak seperti narasi yang beredar di media sosial.
“Dampak solstis yang dirasakan oleh manusia tentu tidak seekstrem yang dinarasikan seperti pada imbauan yang disinformatif dan menyesatkan. Sekalipun di hari terjadi solstis ini terjadi letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami maupun banjir rob, fenomena-fenomena tersebut sama sekali tidak berkaitan dengan solstis dikarenakan solstis merupakan fenomena murni astronomis yang juga dapat memengaruhi iklim dan musim di Bumi, sedangkan fenomena-fenomena tersebut disebabkan oleh masing-masing dari aktivitas vulkanologis, seismik, oseanik dan hidrometeorologi,” paparnya.
Lebih lanjut, ia pun mengimbau agar masyarakat tidak mudah percaya dan menyebarkan kabar tersebut.
“Jika #KawanBRIN menemukan berita maupun imbauan yang berasal dari pihak yang belum tentu jelas kebenarannya dan kurang dapat dipercaya, dimohon untuk tidak mudah percaya begitu saja, dan berhenti menyebarkan berita/imbauan tersebut, juga dapat mengedukasi sekaligus meluruskan berita/imbauan tersebut dari pihak yang terpercaya,” pungkasnya. *Ask.
Editor: Beny