BandungPunyaBerita. Com, Kota Bandung – Kajian Ahad, edisi 02 Februari 2025, bersama Ust. Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd. membahas Surah An- Nisa Ayat 58 : dengan tema “Integritas dan Profesionalisme Kerja dalam perspektif Al-Qur’an” berikut yang redaksi rangkum berikut ini.
Landasan Teologis
۞ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰٓى اَهْلِهَاۙ وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِۗ اِنَّ اللّٰهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهٖۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ سَمِيْعًا ۢ بَصِيْرًا ٥٨
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada pemiliknya. Apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu tetapkan secara adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang paling baik kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. An-Nisa’ : 58)
Interpretasi Para Mufasir
- Dalam Tafsir Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an
Amanat artinya setiap yang dibebankan kepada manusia dan mereka diperintahkan melakukannya. Allah SWT memerintahkan hamba-hamba-Nya menunaikan amanat, yakni secara sempurna; tidak dikurangi dan tidak ditunda-tunda. Termasuk ke dalam amanat adalah amanat untuk beribadah (seperti salat, zakat, puasa dsb), amanat jabatan, harta dan rahasia serta perkara-perkara yang hanya diketahui oleh Allah.Ayat ini menunjukkan bahwa amanat tersebut harus diserahkan kepada yang berhak menerimanya atau wakilnya.Adapun yang dimaksud adil di sini adalah dengan mengikuti syari’at Allah melalui lisan Rasul-Nya Saw seperti dalam masalah ahkam (hukum) agar kita dapat memutuskan dengan adil. - Dalam Kitab Tafsir Aisarut Tafasir
Makna kata :{أَنْ تُؤَدُّوا الأَمَانَاتِ } an tu’addul amaanaat: menunaikan amanah adalah menyerahkannya kepada orang yang berhak. Amanah adalah suatu hal yang dipercayakan seseorang, berupa perkataan, pekerjaan ataupun benda.{الْعَدْلِ } al ‘adl: keadilan adalah lawan dari kezhaliman dan melenceng dengan mengurangi atau menambah.{نِعِمَّا يَعِظُكُمْ } ni’immaa ya’izhukum: memerintahkan untuk menunaikan amanah dan hukum dengan adil.
Pelajaran dari ayat :
- Wajibnya menyampaikan amanah setelah usai dijaga
- Wajibnya berlaku adil dalam menghukumi dan haramnya kezhaliman dan ketidakadilan
|
3. Dalam Kitab Tafsir At-Thabari
Menurut Imam At-Thabari dalam tafsirnya, ayat ini ditujukan kepada para pemimpin, pemegang kekuasaan untuk menjaga amanat yang telah diberikan kepada dirinya terutama hal yang berkaitan dengan rakyat maupun bawahannya serta berbuat adil dalam memberikan keputusan.Sementara itu Imam Al-Hasan, menyebutkan bahwa amanat yang dimaksudkan dalam Al-Qur’an antara lain yang menyangkut hak-hak Allah SWT atas hamba-hamba-Nya, seperti salat, zakat, puasa, kifarat, semua jenis nazar, dan lain sebagainya yang semisal yang dipercayakan kepada seseorang dan tiada seorang hamba pun yang melihatnya.4. Dalam Kitab Tafsir Fī Zhilāli AL-Qur’ānMenurut Sayyid Quthb dalam tafsirnya, amanat yang dimaksud oleh ayat di atas yakni amanah dalam bermuamalah dan memenuhi janji kepada sesama manusia, seperti amanah mengembalikan barang-barang atau harta benda kepada yang berhak menerima, amanah bersikap jujur terhadap rakyat, pemimpin dan amanah untuk memelihara anak-anak, menjaga kehormatan harta benda dan wilayahnya.Lebih lanjut, Imam Al-Baghawi menerangkan bahwa “al-amanah” dalam ayat tersebut mencakup semua bentuk tanggung jawab yang diberikan kepada seseorang. Oleh karena itu, setiap individu wajib menunaikan amanah yang diembannya dengan penuh tanggung jawab. Misalnya, pejabat, harus melaksanakan tugasnya dengan penuh integritas dan dedikasi demi kepentingan rakyat.
Nilai-Nilai Pendidikan
Integritas dan Kejujuran
Ayat ini mengajarkan kita untuk selalu menyampaikan amanah dengan jujur kepada yang berhak. Dalam konteks dunia kerja atau pendidikan, integritas adalah hal utama yang harus dimiliki. Di dunia kerja, misalnya, seorang profesional harus bertanggung jawab terhadap tugas dan keputusan yang diambil, tanpa adanya pemalsuan atau manipulasi data.
Relevansi dengan Deep Learning: Dalam teknologi deep learning, integritas sangat penting, terutama dalam proses pengumpulan dan pemrosesan data. Data yang digunakan untuk melatih model haruslah akurat, tidak bias, dan transparan. Ketidakjujuran dalam pengumpulan atau pemrosesan data bisa menghasilkan model yang salah, dan ini dapat merugikan banyak pihak.
2.Profesionalisme dan KeadilanAyat ini juga menekankan pentingnya keadilan dalam menetapkan hukum atau keputusan. Dalam konteks dunia kerja, keadilan berarti memberi kesempatan yang sama bagi setiap individu, serta memutuskan sesuatu berdasarkan pertimbangan yang objektif.
Relevansi dengan Deep Learning: Profesionalisme dalam deep learning berarti mengikuti prinsip-prinsip etika dalam pengembangan teknologi, seperti menghindari bias dalam model, memastikan transparansi dalam cara model bekerja, dan bertanggung jawab atas dampak sosial dari teknologi yang dikembangkan. Keadilan juga terkait dengan usaha untuk mengurangi bias algoritma, misalnya dalam sistem rekomendasi atau pengambilan keputusan otomatis.
Makna
Integritas didefinisikan sebagai: “Mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan atau kejujuran.”
Pada prinsipnya integritas mengacu pada konsistensi perkataan dan tindakan, serta keselarasan nilai-nilai yang dianut di semua bidang kehidupan, termasuk kehidupan kerja.
Dengan kata lain, integritas adalah berpegang pada prinsip-prinsip moral dan bertindakan berdasarkan nilai-nilai yang diyakini oleh seseorang, bahkan ketika itu sulit.
Integritas dalam Dunia
Dalam dunia kerja, integritas merupakan sikap ketika seseorang mampu bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang sudah diamanahkan terhadapnya, mengerjakannya dengan penuh profesionalitas, dan menjauhkannya dari kepentingan pribadi.
Seseorang dengan sikap integritas berarti sekuat mungkin menghindari praktek tidak etis yang melanggar prinsip, seperti suap, korupsi, atau manipulasi data yang merugikan pihak lain.
Biasanya, semakin tinggi jabatan seseorang, semakin banyak pula peluang untuk menggoyahkan sikap integritas seseorang. Dalam situasi tersebut, penting bagi pekerja untuk memperkuat integritasnya.
Dalil
Seseorang yang integritas akan membawa perubahan positif dan menangani permasalahan yang dihadapi dalam pekerjaanya dengan kebenaran dan akhlak mulia bukan dengan hawa nafsu.
Allah berfirman :
يٰدَاوٗدُ اِنَّا جَعَلْنٰكَ خَلِيْفَةً فِى الْاَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوٰى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِۗ اِنَّ الَّذِيْنَ يَضِلُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيْدٌ ۢ بِمَا نَسُوْا يَوْمَ الْحِسَابِࣖ ٢٦
Artinya:
(Allah berfirman,) “Wahai Daud, sesungguhnya Kami menjadikanmu khalifah (penguasa) di bumi. Maka, berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan hak dan janganlah mengikuti hawa nafsu karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari Perhitungan.” (QS. Shad : 26)Dalam Tafsir Al-Wajiz, ayat ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin harus bersikap adil, amanah, dan mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi
Makna Profesionalisme
Profesionalisme telah menjadi tuntutan dalam setiap pekerjaan. Menurut KBBI V, Profesionalisme adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional.
Secara implisit, Al-Qur’an telah mensinyalir tentang profesionalisme dalam pekerjaan dalam surah Al-Qashas ayat 26 :
قَالَتْ اِحْدٰىهُمَا يٰٓاَبَتِ اسْتَأْجِرْهُۖ اِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْاَمِيْنُ ٢٦
“Salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata, “Wahai ayahku, pekerjakanlah dia. Sesungguhnya sebaik-baik orang yang engkau pekerjakan adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” (QS. Al-Qashas : 26)
Integrasi dan
Integritas dan profesionalisme dalam bekerja serta menjalankan amanat harus dijadikan prinsip sekaligus komitmen dalam melakukan sebuah pekerjaan, terlebih pekerjaan yang menyangkut hajat banyak orang. Sebab pada dasarnya sebuah pekerjaan itu merupakan amanah yang harus ditunaikan sesuai ayat di atas dalam QS. An-Nisa ayat 58.
Agama Islam sendiri mengajarkan agar ketika bekerja hendaknya kita melakukannya secara optimal dan penuh tanggung jawab. Hal ini sebagaimana sabda Nabi bersabda :
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ
“Sesungguhnya Allah menyukai seseorang ketika mengerjakan sebuah pekerjaan dilakukan dengan profesional.” (HR. Imam At-Thabrani dalam kitab al-Mu’jam al-Awsath)
Profesionalisme bukan berarti harus serba sempurna. Akan tetapi profesionalisme di sini bermakna sungguh-sungguh dalam bekerja sesuai kapasitas dan kredibilitasnya.
Apabila suatu perkara atau jabatan diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka akan hancur karena sudah hilang amanah yang ditanggungnya.
Rasulullah Saw bersabda :
إِذَا وُسِّدَ الأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ
“Apabila sebuah urusan diberikan kepada bukan ahlinya maka tunggulah waktu kebinasaannya.” (HR. Al-Bukhari)
Menurut penjelasan dalam Al-Masih Al-Muntazhar wa Nihayah Al-Alam karya Abdul Wahab Abdussalam Thawilah, urusan yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah segala jenis urusan, baik yang berkaitan dengan dunia maupun akhirat. Salah satu dampak dari penyerahan urusan kepada orang yang bukan ahlinya adalah hilangnya kepercayaan di tengah manusia.
Profesionalisme bukan berarti harus serba sempurna. Akan tetapi profesionalisme di sini bermakna sungguh-sungguh dalam bekerja sesuai kapasitas dan kredibilitasnya.
Apabila suatu perkara atau jabatan diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka akan hancur karena sudah hilang amanah yang ditanggungnya.
Rasulullah Saw bersabda :
إِذَا وُسِّدَ الأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ
“Apabila sebuah urusan diberikan kepada bukan ahlinya maka tunggulah waktu kebinasaannya.” (HR. Al-Bukhari)
Menurut penjelasan dalam Al-Masih Al-Muntazhar wa Nihayah Al-Alam karya Abdul Wahab Abdussalam Thawilah, urusan yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah segala jenis urusan, baik yang berkaitan dengan dunia maupun akhirat. Salah satu dampak dari penyerahan urusan kepada orang yang bukan ahlinya adalah hilangnya kepercayaan di tengah manusia.
Cara Menerapkan Integritas dan Profesional Bekerja Menurut Perspektif Al-
- Bekerja Sesuai Bakat yang Kita MilikiAllah berfirman :وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللّٰهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهٗ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ وَسَتُرَدُّوْنَ اِلٰى عٰلِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَۚ ١٠٥Katakanlah (Nabi Muhammad), “Bekerjalah! Maka, Allah, rasul-Nya, dan orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu. Kamu akan dikembalikan kepada (Zat) yang mengetahui yang gaib dan yang nyata. Lalu, Dia akan memberitakan kepada kamu apa yang selama ini kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah : 105)
- Bekerja Sesuai Bakat yang Kita Miliki
Allah berfirman :قُلْ كُلٌّ يَّعْمَلُ عَلٰى شَاكِلَتِهٖۗ فَرَبُّكُمْ اَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ اَهْدٰى سَبِيْلًاࣖ ٨٤Katakanlah (Nabi Muhammad), “Setiap orang berbuat sesuai dengan pembawaannya masing-masing.” Maka, Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. (QS. Al-Isra : 84) - Datang Tepat Waktu
Salah satu cara termudah dalam melihat sikap integritas seorang pekerja adalah dari caranya menghargai waktu. Pekerja dengan sikap integritas tinggi akan bekerja sesuai dengan waktu yang ditentukan dan tidak pernah telat. Islam mengajarkan bahwa menghargai waktu lebih utama sebagaimana firman Allah SWT :وَالْعَصْرِۙ ١اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ ٢اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِࣖ ٣(1). Demi masa, (2) sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, (3) kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran. (QS. Al-Ashr : 1-3)
- Menyelesaikan Konflik Secara Profesional
Allah berfirman :فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۙ ٥اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۗ ٦(5). Maka, sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan.
(6). Sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan. (QS. Al-Insyirah : 5-6)
Ayat ini mengingatkan bahwa sesulit apapun konflik yang kita hadapi ada kemudahan yang menyertai. Maka seseorang yang berintegrasi dan profesional dalam bekerja akan menghadapi segala kesulitan dan konflik dalam pekerjaan.
- Menjaga Rahasia Tempat Bekerja
Menjaga rahasia salah satu bentuk menghargai dan menepati janji ataupun amanah yang disampaikan oleh seseorang/ lembaga tempat bekerja. Namun, jika orang tersebut tidak bisa melaksanakan amanahnya sehingga ia menyebarkan rahasia, maka orang tersebut telah berkhianat.Allah berfirman :وَلَا تَقْرَبُوْا مَالَ الْيَتِيْمِ اِلَّا بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ حَتّٰى يَبْلُغَ اَشُدَّهٗۖ وَاَوْفُوْا بِالْعَهْدِۖ اِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْـُٔوْلًا ٣٤Janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan (cara) yang terbaik (dengan mengembangkannya) sampai dia dewasa dan penuhilah janji (karena) sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya.
(QS. Al-Isra : 34) - Memberikan Pekerjaan kepada Ahlinya serta Sempurna Akalnya dalam Memahami Pekerjaan
Allah berfirman :وَلَا تُؤْتُوا السُّفَهَاۤءَ اَمْوَالَكُمُ الَّتِيْ جَعَلَ اللّٰهُ لَكُمْ قِيٰمًا وَّارْزُقُوْهُمْ فِيْهَا وَاكْسُوْهُمْ وَقُوْلُوْا لَهُمْ قَوْلًا مَّعْرُوْفًا ٥Janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya harta (mereka yang ada dalam kekuasaan)-mu yang Allah jadikan sebagai pokok kehidupanmu. Berilah mereka belanja dan pakaian dari (hasil harta) itu dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik. (QS. An-Nisa’ : 5)
- Amanah dalam Bekerja
Allah berfirman :يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَخُوْنُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ وَتَخُوْنُوْٓا اَمٰنٰتِكُمْ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ ٢٧Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul serta janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui. (QS. Al-Anfal : 27KISAH
Perang Uhud adalah salah satu pertempuran besar yang terjadi pada zaman Nabi Muhammad SAW. Dalam perang ini, pasukan Muslim yang berjumlah 700 orang melawan pasukan musyrikin Quraisy yang berjumlah 3000 orang. Nabi menempatkan 50 pemanah di atas bukit Uhud untuk melindungi pasukan Muslim dari serangan musuh, dengan Abdullah bin Zubair sebagai komandan mereka.
Awalnya, pasukan Muslim unggul dan pasukan Quraisy mulai mundur, meninggalkan harta mereka. Namun, para pemanah yang berada di bukit tergoda untuk turun dan merebut harta rampasan, meskipun Nabi telah berpesan untuk tidak meninggalkan posisi mereka. Karena kelalaian ini, pasukan Quraisy melihat kesempatan dan menyerang kembali, mengepung pasukan Muslim. Nabi Muhammad pun terluka parah dalam pertempuran ini, bahkan gigi beliau patah.
Peristiwa ini menjadi pelajaran besar tentang pentingnya amanah, profesionalisme, dan integritas dalam melaksanakan tugas. Kelalaian pasukan berpanah menjadi penyebab terbaliknya keadaan dan menjadi pengalaman pahit bagi umat Islam.
Demikian Kajian Ahad edisi 2 Januari 2025 Semoga Bermanfaat.
Penutup
Do’a
اَللَّهُمَّ اهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ“Ya Allah, tunjukkanlah aku kepada akhlak yang baik, tidak ada yang dapat menunjukkan kepadanya kecuali Engkau. Dan palingkanlah dariku kejelekan akhlak, tidak ada yang dapat memalingkannya dariku kecuali Engkau.”(H.R. Muslim no. 771)
شكراجزيلا
Editor: Beny